Regret

regret

Midnight Fairy present

Ficlet

Angst

PG + 15

Jung Je Kyo

Cho Kyu Hyun

Han Ji Han

****

Hujan air mata. Kata-kata kuno itu masih terpakai ketika hidup tergerus kesedihan. Tidak. Ini lebih dari kesedihan. Sepuluh orang lebih, dan satu di antaranya tak henti meraung. Entah benar-benar kehilangan atau ingin dilihat seolah orang yang paling menderita. Penjelasannya, hanya mata yang tak bisa menipu. Tapi sialnya, kaca mata hitam itu seperti terekat lem di mata orang yang (seolah) paling menderita tersebut.

Je Kyo tahu mereka memainkan opera. Tapi ia tak ingin berdesis. Dia menghormati sosok pucat di peti mahoni itu. Je Kyo beberapa kali berkedip dengan mata sembabnya saat peti  kemerahan itu berkilauan. Menghabiskan berjuta-juta won untuk membeli benda kotak tersebut tidaklah besar. Demi orang itu—sahabatnya, Han Ji Han—ia bahkan rela menjual permata sekalipun.

Suara-suara nyanyian sakit, masih menggema mengelilingi tubuh pucat Ji Han. Kepala Je Kyo serasa diputar. Ia letih menangis semalaman,  ketika tahu, sahabatnya terbunuh orang berengsek. Perampok bank keparat itu, juga harus dibunuh. Ia tidak akan membiarkan pria bermata cekung mengerikan itu hidup dengan napas yang teratur.

Kemarahan, benci, dendam, kesesakan. Apa lagi yang harus dilakukan? Semua rasa tidak bisa membuat sahabatnya kembali.

Nyanyian mereka berhenti. Rinai hujan mulai menggantinya. Sejak tadi, Je Kyo sangat berharap bisa hujan sederas mungkin. Ia tidak ingin terlihat seperti orang bodoh di sana. Ia ingin menangis. Demi apapun, bola matanya terlalu panas.

Tubuhnya mulai bergetar saat peti itu perlahan diturunkan. Tenaga Je Kyo kalah telak dibanding kerasnya gemeratak giginya. Akhirnya, ia menyerah dengan menjatuhkan pandangan ke tanah gembur pemakaman.

Belum satu menit Je Kyo merunduk, suara geraman dan teriakan marah lantas saja membuat tubuhnya menegang. Cho Kyu Hyun, menerobos tubuh orang-orang dan menarik peti persemayaman Ji Han. Wajahnya pucat. Ketampanan Kyu Hyun menghilang. Bibir merahnya berubah kering karena tak henti-hentinya gemetar. Dia benar-benar berantakan.

Desisan muak Je Kyo tak bisa lagi tertahan. Sosok pria tinggi itu seperti orang gila yang direbut boneka keramatnya. Menerjang siapapun yang menghalangi tangannya untuk membuka peti Ji Han. Cho Kyu Hyun sekarang, tak ubahnya manusia berperilaku tak waras.

“Jangan menyentuhku!” Pekikan membabi-buta Kyu Hyun seperti singa yang kehilangan taring.

“Ji Han… Aku akan membawamu. Kau tidak akan sendirian. Kau tidak akan kedinginan.” Semua orang melihat miris Kyu Hyun. Susah payah ia mengangkat tubuh Ji Han.

Ia hampir frustasi ketika satu dan dua tangan mencoba mencengkram bahunya. Teriakan lagi dan air mata yang mengalir pelan.

“Apa yang kalian lakukan! Menyingkir, Berengsek!”

Entah berapa kali bisik kata ‘gila’ merubah nyanyian selamat tinggal untuk Ji Han. Orang-orang yang tadi meraung—seolah menderita—kini menjadi pencerca utama dengan senyum sinis.

Akhirnya, meski dengan berlutut, Kyu Hyun bisa mengusap wajah tenang Ji Han. Ia menangis dan tertawa bersamaan ketika merasakan hangat wajah itu menghilang, berubah beku.

Kyu Hyu menggigil lagi. Gaun putih Jihan, masih tak bisa menutupi bekas tusukan di dadanya. Napas Kyu Hyun menghilang, kemudian kembali bergantian. Ia sesak. Sumpah demi Tuhan, ia ingin mengeluarkan batu yang menghantam di jantung dan otaknya.

Kyu Hyun menjadi pria kehilangan akal sehat saat tawa, tangis, serta air mata mengaliri pipi itu. Seketika itu juga, dua pria berbadan besar dengan jas hitamnya, menyeret tubuh Kyu Hyun yang sudah lemas.

Je Kyo berusaha mati-matian menghalangi jiwanya untuk kasihan. Rasa benci Je Kyo ke Kyu Hyun, sama besarnya seperti ia ingin menghantam kepala pembunuh Ji Han.

Wanita itu tahu betul, lebih dari setengah hidup Ji Han adalah penderitaan karena Cho Kyu Hyun. Kurang dari setengahnya lagi, perasaan  bahagia akan cinta gila Ji Han untuk pria itu. Wanita bodoh! Persetan dengan cinta! Wanita itu—orang yang sudah memucat di peti—setiap malam menangis hanya karena prianya bermain-main dengan wanita berbeda. Jelas-jelas dia menjadikan Ji Han orang kedua setelah Hyun Yoo. Sangat jelas jika Ji Han tahu betul apa yang mereka lakukan di belakang. Gendang telinga Ji Han seolah pecah kala suara desahan mereka di kamar, mengalun bising. Manusia sialan! Manusia bodoh. Ji Han hanya wanita kolot yang tak ingin prianya pergi, itu saja. Dan menjadi bodoh ketika hanya menjadi penonton gratis antara Kyu Hyun dan wanita yg dianggap adik itu.

Oh! Dunia ini dipenuhi orang-orang tak berhati.

Genggaman Je Kyo semakin mengeras bahkan bisa merobek bajunya, setelah orang-orang mulai mundur dan pergi. Ia hampir tak bisa membedakan mana air mata dan mana air langit di wajahnya.

Sekarang, di depan matanya hanya gundukan tanah serta bunga-bungaan. Ah, ia lupa pada sosok pria yang berlutut tak jauh dari makam. Wajahnya kosong. Entah ia sedang berpikir, bagaimana cara mengeluarkan gadisnya, atau bagaimana cara menyusul gadisnya.

Je Kyo berdesis benci. Mendekat dengan rahang mengeras serta genggaman yang memanas.

“Harusnya kau yang menggantikan Ji Han,” ujar Je Kyo rendah tapi menghantam telak.

Tak ada sahutan atau helaan napas.

“Apa yang kau lakukan? Berlutut? Meminta pengampunan? Tak peduli apapun yang kau lakukan, Ji Han tak bisa kembali.”

Beberapa detik, Kyu Hyun bisa mengeluarkan suara meski serak. “Ambil tubuh Ji Han… lagi. Jangan biarkan dia kedinginan.”

Gila! Sejak kapan pria itu berubah jadi manusia yang rela melakukan apapun demi cinta? Dimana dia dulu, saat Ji Han menangis melihat perlakuannya bersama wanita lain?

Emosi Je Kyo memuncak. Ia ingin menjambak rambut Kyu Hyun. “Mulutmu dan sampah, tak ada bedanya. Ji Han….” Je Kyo mengambil napas dan mengusap air matanya cepat. “Ji Han, akan lebih bahagia tanpa kau di sisinya. Meski bukan di dunia.”

Kyu Hyun terhenyak. Ia berengsek, benar. Tapi ia juga egois—dan gila—tanpa Ji Han. Kyu Hyun sadar. Ia mencintai Ji Han, seperti mencintai napasnya sendiri.

Tapi Je Kyo tak percaya. Itu omong kosong yang keseratus. Terlambat. Kesempatan bernyawa hanya satu kali.

“Maaf…,” lirih Kyu Hyun. Bahu lelaki itu goyah seperti gempa yang menghantam Haiti.

Je Kyo menggeleng. “Sampai kapanpun, aku tak akan memaafkanmu. Sampai bibirmu robek karena permintaan maaf, Ji Han tak akan lagi jadi bonekamu.”

Tubuh Je Kyo berbalik. Air matanya lagi-lagi menetes. “Teruslah hidup dengan perasaan sakit itu. Teruslah bernapas dengan dosamu. Rasakan, bagaimana sesaknya saat Ji Han di sisimu. Dan nikmati saja rasa pedih ketika Ji Han tak ada lagi di sampingmu.”

Semuanya menghilang. Ketika tak ada lagi suara tapakan kaki Je Kyo, kepala Kyu Hyun seakan berputar-putar. Kemudian, tubuhnya terkapar persis di sebelah gundukan tanah basah itu. Ia menatap langit kelabu di pemakaman. Susah payah, Kyu Hyun mengatur tenggorokannya untuk tak berteriak. Tapi nihil. Teriakan dan tangis penyesalannya kini menertawakan Kyu Hyun.

*END*

NP : Couplenya si Yuki wkwkwk

Thanks yuki udh mau minjemin castnya buat disiksa XD

6 thoughts on “Regret

  1. Keren. Feelnya dpt! Gemes sama kyu! Menyesal kan akhirnya? Siapa suruh.. Bodoh !!

  2. Hai, Kak! Aku pembaca baru ^^

    Yaampun ini bahasanya bagus banget. Aku suka diksi nya. Feel nya juga dapet. Kasihan sama Kyu. Tapi kasihan juga sama Ji Han ><

    Oh iya, salam kenal ya kak 🙂

  3. ah.. ini bru ff yg kucari^^ feel nya dpet bnget eon,,, aku jdi ikut”an nyesek T.T

  4. hahaa… sengesek eon?? eonni mah aneh” aj deh

Leave a comment