Andaikan tak ada kata idiot

ibu

Hidup, bukan hanya tentang apa yang baik atau buruk. Bukan juga hanya tentang apa yang harus atau dilanggar. Dan kemarin, aku belajar tentang garis hidup dalam sebuah ketulusan dan kasih. Pernahkah melihat wanita renta yang menggendong cucunya di atas punggungnya yang bongkok? Lihat, betapa tulusnya seseorang yang terpancar melalui muka keriput itu? Betapa mengembangnya senyum kering itu.

Tapi di sini, aku bukan bercerita bagaimana indahnya tawa renyah wanita renta tersebut.

Hari itu, siang terik dengan asap-asap mengepul jalanan kota Palembang. Mimpi tentang kota indah dengan pepohonan rindang pupus sudah. Aku rindu. Rindu kota 15 tahun lalu. Rindu suara jangkrik atau lebatnya lahan dengan pepohonan menjulang.

Ada perbedaan kontras yang terjadi ketika tubuhku sudah ada di angkutan umum. Kalian tahu, aku hanya terperangah dengan aktivitas dua ibu yang berbeda di sisi depan dan samping. Perbedaannya, ibu dengan rambut pendek disampingku membawa bayi sehat, gemuk dan putih. Dan di depanku, seorang anak 3 tahun menatapku tenang dengan mata hitam bulatnya di gendongan sang ibu. Senyumnya mengembang, memperlihatkan gigi besar yang saling terpisah. Terkadang, ia mengulum tangan kecilnya—masih dengan memandangku. Sejujurnya, dia bukan anak yang tampan. Bukan juga anak berhidung mancung. Tapi aku membalas senyum indahnya itu tulus. Setulus tawanya untukku.

Sama halnya dengan gadis kecil berambut panjang di sampingku. Dia hanya berkutat dengan kancing baju ibunya.

Ah, dunia anak yang hanya tahu warna-warni pelangi.

Lagi-lagi aku tersenyum dan mulai berbicara dengan anak di depanku. Mengusap pipi kemerahannya. Perlukah aku menjelaskan lebih, jika anak itu tidak seperti kebanyakan anak-anak lainnya. Dia… dia punya hal yang beberapa orang kolot sepertiku menyebutnya kekuarangan.

Kekurangan? Idiot? Syndorme? Ya, ampun, aku benci sebutan itu.

Kemudian, aku tertegun dengan pikiran-pikiran dramatis. Mereka—dua anak itu—menangis.

Bukan tangisan yang aku sesalkan. Bukan perlakuan ibu yang berusaha menenangkan membuatku berdesir. Bukan juga rasa jengah dengan gerung mobil karatan yang kunaiki.

Perlakuan dua anak yang berbeda dan sebutan Idiot untuk satu anak.

Si gadis kecil, menangis, berteriak dan memukul wajah ibunya dengan tangan. Memberontak saat ibunya berusaha menenangkan.

Si anak kekurangan, berhenti menangis saat sang ibu mengusap rambutnya yang tipis. Apa yang dilakukan anak berdahi lebar itu? Ia tersenyum lebar. Mengusap balik wajah sang ibu dan menciumnya lembut.

Perbedaan yang kontras bukan?

Andaikan tak ada kata idiot, aku yakin jika anak itu tak akan membuatku merasa malu. Aku malu. Benar-benar malu. Aku, manusia seperti kebanyakan dan seperti si gadis kecil, hanya tahu marah dan memberontak.

Andaikan tak ada kata idiot, aku yakin orang-orang tidak akan malu dengan anak yang mereka sebut idiot, lebih tahu bagaimana memberi kasih.

Andaikan tak ada kata idiot, tak akan ada juga kasih yang sempurna dalam lingkaran kekurangan.

3 thoughts on “Andaikan tak ada kata idiot

  1. Hai thor!
    Kenal aku kan?
    (author: nggak!
    Me: oke fine.. *tarik jong woon ke kamar*) /abaikan yg ini/
    aku ngunjungin wp-mu takutnya Abnormal Life udh dipost hehe
    dan dengan iseng, aku baca cerita ini..
    Tertarik banget sih sm judulnya..
    Dan buat cerita ini, aku setuju ‘andai saja tidak ada kat idiot’

    sedikit cerita aja kak, wktu pernah aku satu angkot sama ibu yg bawa anak yg ternyata anak nya kekurangan..
    Anak itu mukul ibunya gk tau krna apa. Terus temenku yg ngeliat itu, seakan menjudge lewat tatapan matanya sambil ngomongin anak itu..
    Ya ampun, rasanya aku pengen nyakar muka dia kak. Padahal disitu ada si ibu dr anak kekurangan itu..
    Apa dia gk pernah ngebayangin rasanya jd ibu dr anak yg kekurangan kali ya? Ngeliat anaknya dijudge begitu..
    Ah aku ngebayanginnya aja udh sedih apalagi ngerasain hiks..

    Hehe aku jd curhat ya 😀

    oke keep writing kak!!!

    • Hai hai amel :3

      Iya, kita gk tau apa yang ada dipikiran anak itu. Belajar dari sekitar, jaga mulut kalo ingin dihormati, gitu kan?
      Heheheh

      Terima kasih sudah berkunjung ^^

  2. Tentang kehidupan.
    Kata2 eon menyentuh bgt #lapingusdibajueon T.T

Leave a comment