Finally, I Found You

Hyo woon

Tittle: finally, I found you

Author : Butterfly Agashi (http://www.facebook.com/indah.fiitriia)

Rating : general

Cast :

Han Hyojae

 Kim Jongwoon

Time Machice story Begin_

Suasana riuh Incheon Internasional Airport yang sudah biasa di perparah dengan keberangkatan beberapa grup K-pop untuk keluar negri. Remaja-remaja putri yang seharusnya pergi kesekolah, hari itu beramai-ramai memenuhi pintu keberangkatan bandara. Suara gesekan roda troli dan travel bag bahkan lebih merdu dari pada teriakan mereka. Berteriak seolah semua orang tuli. Memanggil-manggil nama idola layaknya dewa. Kim Jongwoon memandang kerumunan itu kesal. Ia mendapati kesulitan untuk mendekati pintu keberangkatan. Seluruh gadis muda menutupi jalan masuk. Kim Jongwoon yang tidak suka berdesakan bersama orang tak dikenal, berdiri dalam diam di radius dua meter dari sana. Pesawatnya akan berangkat satu setengah jam lagi menuju Ottawa Pearson International Airport. Jadi menunggu selama setengah jam hingga kerumunan itu menghilang bukanlah hal yang berat.

Kim Jongwoon mengeluarkan kalung dengan cincin berbentuk liontin. Benda itu sudah lima tahun ia simpan, tapi kilauan keperakan tetap terpancar. Menunjukkan benda itu orisinil.

“Kau seharusnya menerima benda ini dulu sebelum pergi,” gumam Jongwoon dari kursi tunggu. Matanya menatap lekat kalung  sejurus dengan tangan yang menggenggam erat rantainya.

“Han Hyo jae, kali ini kau akan tertangkap,” kata Jongwoon mantap. Ia bangkit dari duduk, berjalan ke pintu keberangkatan bersamaan dengan gadis-gadis tadi  yang berjalan pergi.

***

Langit awal musim semi menaburkan kecerahan walaupun udara dingin masih sedikit terasa. Saat itu cuaca berawan di Ottawa. Seorang gadis muda menuruni tangga dengan anggun. Gaun tidur putih bersaing menunjukkan kontras pada kulit susu gadis itu. Kaki mungilnya menunjukkan langkah-langkah kecil yang enak dipandang. Dia Han Hyojae, putri bungsu Duta Besar Korea untuk Kanada.

Morning Dad,” sapa gadis itu pada ayahnya yang telah siap di meja makan.

“Katakan ‘annyeonghaseyo’ bukan ‘morning’ ataupun ‘hello’. Ibu sudah mengatakannya setiap pagi, tapi kenapa kau masih terus saja seperti ini,” Ny. Yoon menegur putrinya dengan suara lembut namun tegas.

“Sorry. It’s my mistake mom,” jawab Hyo jae enteng.

“Kenapa kau susah sekali diatur. Kita ini Duta Korea. Gunakan bahasa Korea,” sang ayah angkat suara. Si gadis memandang kedua orang tuanya kesal. Sinar matanya menunjukkan aura kemarahan.

“Karena Appa bilang kita orang Korea, sudah seharusnya kita ke Korea sesekali. Tapi apa? Appa dan Eomma tidak pernah mengizinkanku pergi sekalipun,” kata Hyojae ketus.

“Apa yang kau lakukan? Berteriak di meja makan. Kecilkan suaramu,” perintah Ny. Yoon.

“Ayolah, ini sudah keseribu kalinya aku meminta. Berikan pasporku. Aku akan kembali ke Korea,” jawab Hyojae dengan suara lebih tenang.

“Jangan berkata yang tidak-tidak. Selesaikan saja sekolahmu.” Duta besar Han bangkit dari kursi.

“Kalau aku lulus apa Appa akan mengizinkanku kembali ke Korea? Appa selalu saja begini, aku sudah besar. Perjalanan pesawat kembali ke Korea itu tidak memakan seminggu ataupun dua bulan. Hanya dua belas jam Appa. Jadi kali ini tolong izinkan aku,” Hyojae memelas.

Tidak ada jawaban dari tuan Han. Ny. Yoon mengkomandoi pelayan untuk membersihakan meja makan tanpa menggubris Hyo jae. Kedua orang tua itu memang sangat protectif pada putri satu-satunya itu setelah mereka kehilangan anak pertama lima tahun yang lalu akibat kebakaran hebat di Kedutaan Korea. Saat itu seluruh bagunan bersih tak meninggalkan sisa.

Pohon eucaliptus yang sengaja di tanam di pelataran Carleton university menyisakan sampah dedaunan yang gugur di setiap bench yang berdomisili di bawah tanaman itu. Disana memang tidak ada koala, tapi daun-daun kecil pohon itu dapat membawa udara sejuk yang menyegarkan untuk setiap orang. Seorang gadis berbaring di atas rumput. tubuhnya bermandikan sinar mentari pagi yang keemasan. Tidak ada kegiatan pasti yang dilakukan gadis itu. Sesekali ia menekan tombol i-pod silver miliknya, lalu sesaat setelahnya ia membalik buku berwarna coklat muda dihadapannya asal. Tingkah nya memang sangat asal megingat tempat itu adalah public area.

“Han Hyojae? Apa yang kau lakukan disana,” ucap Jungmin asal.

“Apa pedulimu?” jawab Hyojae malas pada laki-laki berdarah Korea –Kanada itu.

“Duta besar Han pasti sangat tertekan memiliki putri sepertimu. Bangunlah, pindah ketempat lain. Sebagai orang Korea aku juga malu melihat tingkahmu.”

What? Kau seperti nenek-nenek. Berapa banyak jumlah orang Korea disini? Bahkan kita lebih banyak dari pada orang amerika latin. Lantas kenapa masih harus menjaga sikap?” Hyojae bangkit, mengemasi buku dan i-pod nya meninggalkan Jungmin tanpa menoleh. Walaupun memiliki tanah air yang sama, Hyojae sering kali tidak akur dengan pemuda Korea yang belajar di Carleton university. Alasannya karena mereka terlalu banyak bicara yang tidak penting. Selain itu posisinya sebagai putri Duta Besar sering dimanfaatkan oleh orang lain, hingga ia memilih tetap sendirian.

Hyojae memasuki café oriental yang letaknya sekitar satu blok dari area universitas. Aroma teh di tempat itu berbaur dengan bucket bunga mawar yang tersusun rapi disetiap meja. Terdengar alunan music khas asia timur dari tengah ruangan. Hyojae menoleh pada dvd player yang tengah menyala, time machine oleh so nyeo shi dae.

One mistake, got a one regret (satu kesalahan, ada satu penyesalan)

“daremo kanpeki janai” tte (“tidak ada yang sempurna)

Sou iikika sete mite mo (walau ingin aku berkata begitu)

Nani wo shitemo kizu wa iyesenakute (apapun yang kulakukan tak bisa menyembuhkan luka)

Ima time machine ni norikonde (aku akan berangkat dengan mesin waktu)

Anata ni ai ni yuku koto ga dekita nara (jika aku bisa menemukanmu lagi)

Mou nani mo negawanai (aku tak menginginkan yang lain)

Hakanakute tooi kioku ni naru mae ni (sebelum semua menjadi kenangan yang cepat berlalu)

I need a time machine.. oh.. (aku membutuhkan mesin waktu.. oh)

Begitu ia bersandar pada kursi berlengan yang ada di tengah café, setiap lirik yang dinyanyikan dalam bahasa jepang itu mengalir begitu saja dalam ingatan Hyojae. Air mukanya berubah sendu. Kemampuan bahasa Jepang Hyojae cukup bagus dan lirik lagu itu seolah menjadi pukulan telak diwajahnya. Ia membutuhkan mesin waktu. Mesin waktu untuk memperbaiki masa lalu. Mesin waktu untuk melihat prianya satu kali lagi saja.

I need a time machine.. oh..” suara Hyojae yang merdu mengikuti nada yang mengalun. Sekilas ia menangis, merusak eyeliner waterproof yang ia gunakan.

Seoul, autumn 2006

Seorang gadis delapan belas tahun berdiri dengan perasaan tak enak diruang tunggu VVIP Incheon Internasional Airport. Hari itu juga ia dan seluruh keluarga akan pindah ke Kanada. Suatu hal yang sangat mendadak hingga  tak sempat memberi salam perpisahan pada guru ataupun teman sekelasnya. Gadis itu memperhatikan ayahnya yang sibuk di telepon dan ibunya yang tengah mempersiapkan berkas kepindahan sekolah mereka. Ia terlihat ragu sebentar, sebelum mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.

“Yeoboseo.”

“Ne. Wae  Hyojae-ya?”

“Geumal galkkae.” (aku akan pergi)

“Gajima.” (jangan pergi)

“Gotdoraol geoya geurronikka.” (aku akan datang kembali, jadi..)

“Geojinmal. Geojinmal.” (bohong, bohong)

“Aniya naega neol imankeum saranghaneudeut.” (tidak, tidak tahukah kau betapa aku mencintaimu)

“Geu sarang jigeum beoyoseul sun eopkenni?” (tak bisakah kau menunjukkan bahwa kau mencintaiku sekarang?)

“Saranghae.” (aku mencintaimu)

“Ttodasi saranghal ssun eopkenni?” (tak bisakah kita mencinta lagi?)

“Mianhae.” (maaf)

“Hyojae-ya..”

“Hyojae-ya..”

Sambungan telepon itu terputus begitu saja.

***

Udara musim semi kanada terasa asing bagi pemuda yang baru pertama kali menjejakkan kaki di negara itu. Keramaian Ottawa Pearson International Airport, tidak menganggunya sedikitpun. Aneh, karena laki-laki itu mudah merasa tak nyaman di keramaian. Mungkin karena jetlag yang diterimanya setelah perjalanan dua belas jam dari Incheon ke Ottawa, membuat pikiran laki-laki itu kacau. Di tangannya masih tergenggam kalung yang sama. Kalung yang seharusnya dikenakan oleh gadis yang ia cintai. Jika saja hari itu mereka bertemu. Tapi tak ada ‘jika saja’. Kenyataan nya adalah tak ada kontak satu kali pun antara mereka pada kurun waktu enam tahun belakangan. Entah apa yang terjadi. Gadis itu seolah menghilang di telan bumi Kanada.

Kim Jong woon mengangkut ransel hitam miliknya. Rencana pria itu setelah sampai di Kanada adalah menuju gedung kedutaan Korea. Ia yakin ada daftar nama dan alamat setiap orang Korea yang berdomisili di kanada disana. Han Hyojae harus segera ia temukan. Cukup sudah enam tahun penantian. Cukup sudah enam tahun tak bertindak.

“Ketika aku berhasil menemukanmu, itu artinya kita memiliki takdir untuk bersama yang sangat kuat. Tidak peduli orang mengatakan apa? Yang terpenting sekarang kau ada dihadapanku dan aku bisa mengenggam tanganmu.”

Gedung kedutaan Korea tengah sibuk hari itu. Entah untuk yang keberapa kalinya, hari ini masih masalah yang sama. Ancaman nuklir Korea utara. Mungkin karena Korea selatan yang berhubungan sangat baik dengan Amerika menjadi ancaman ataupun bentuk imbas dari perang Korea di masa lalu. Nyatanya walaupun kedua hal itu bukanlah pemicu ancaman ini, tetap saja seluruh kedutaan Korea di dunia dibuat sibuk olehnya. Hari ini tidak ada tempat bagi Kim Jongwoon untuk bertanya. Mungkin dua hari setelah itu ataupun empat hari dan bisa jadi seminggu. Tidak ada yang pasti.

Kim Jongwoon, masih bersama ranselnya menuju subway kota tersebut. Ia ingin mengunjungi National Arts Center yang terkenal dan juga menitipkan ransel di salah satu locker. Berjalan seperti orang tanpa tujuan hari itu. Ia bahkan belum memesan hotel. Karena ia tak tahu harus memilih hotel di daerah mana agar lebih cepat bertemu han Hyojae. Mungkin terdengar klise, masih mencintai sesorang dalam waktu lebih dari enam tahun. Tapi bagi Kim Jongwoon semuanya nyata. Ia masih berdebar setiap mengingat han Hyojae.

Di National Arts Center, tengah diselenggarakan pameran budaya oleh Negara-negara sahabat. Pameran kebudayaan Inggris terlihat mencolok, ada miniatur Big Ben yang terlihat kuno dan antik. Kebudayaan india juga tak kalah meriah para staff mengenakan sari yang khas. Jongwoon hanya asal memotret walaupun ia cukup tertarik melihat pameran hari itu. Walaupun perasaanya senang, tetap saja pikirannya masih melayang entah dimana bersama Han Hyojae.

Sepasang mata sipit Jongwoon menoleh ke kiri. Orang-orang berkulit putih pucat mengenakan pakaian warna warni yang di tempat kelahirannya disebut hanbok. Jongwoon tak tertarik untuk melihat kesana, sebelum ia melihat seseorang. Seorang gadis dengan eotgeori berwarna bright yellow dan chima merah teduh. Rambutnya dijalin lurus kepunggung, diikat oleh kain sutra berwarna senada dengan chima dan aksesoris kepala seperti bandana yang cantik. Mata sipitnya dipertajam oleh eyeliner dan riasan wajah natural. Satu menit. Untuk satu menit dunia Kim Jongwoon seolah terhenti. Waktu tak bergerak sedikitpun. Han Hyojae, ada di depannya dengan sangat cantik.

“Hyojae-ya,” ucap Jongwoon spontan.

Sang gadis menoleh, matanya membulat sempurna dan rona keterkejutan terlihat sangat jelas. Mereka berdua berdiri mematung dalam jarak satu setengah meter. Saling menatap dalam diam. Saling meluapkan kerinduan.

“Hyojae-ya. Oraenmanida.”

“Bagaimana bisa kau menghilang begitu saja?”

“Ayahku dipindah tugaskan.”

“Tidak ada surat untukku selama enam tahun.”

“Aku mengirim satu kali sebelum kedutaan terbakar dan kehilangan semua alamat, nomor telpon dan lainnya. Tapi surat itu kembali lagi kemari. Mereka bilang Kim Jongwoon sudah tidak tinggal di alamat itu.”

“Aku menjual rumah dan mulai hidup mandiri sejak lima tahun lalu.”

“Tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghubungimu.”

“Itu karena kau tidak memiliki teman untuk bertanya.”

“Itu salahmu. Hingga aku tak memiliki teman.”

“Itu salah kita karena selalu menghabiskan waktu bersama.”

“Tak masalah. Aku tak butuh teman selain dirimu.”

“Aku tak butuh apa-apa lagi selain dirimu.”

END_

TERIMA KASIH BUAT INDAH FITRIA SAENGI :*

Ini FF pertama yang dibuatin orang buat ane

Hyo Jae! ane suka karakternya ane banget wkwkwkwkwk

7 thoughts on “Finally, I Found You

  1. Ahhhh.
    Sequel eon,
    Bru jg mreka ktemu udah end.
    Khukhukhu.

    Trharu q nya sama cinta mreka.

  2. sejak kapan si indah buat epep ente ma yesung nona wek??

    • Sejak saat itu ketika bunga sakura bermekaran
      Hhhhhahahahaha
      Waktu itu kita saling buatin ff 😀
      Lucuh yaaa… tp sayang dikit #ditendang

  3. Kurang panjang nich…..

  4. kalo anepikir- terus pikir lagiii…ini apaaa???? sem mianhae~
    (*baru nyadar tulisan ane seperti ini)

Leave a comment