My Wings is You

536876_539785616034157_112000657_n

Tittle     : My Wings is You! [Part 1]

Author  :

  • Midnight Fairy  ( Weny Zumariiya )
  • Qyu Lie Ken’shie YUi’naQo
  • Desty Fivers Ngawi Ricky’stra

Length  : Chaptered

Genre    : Fantasy, Romance, Hurt

Rating   : General

Cast(s)  :

  • Kim Jong Woon  a.ka Yesung
  • Nam Gyu Ri a.ka Izzie

Other Cast (s) :

  • Eunhyuk
  • Donghae
  • Ryeowook

This fanfiction is original story of our mine. The cast belongs to themselves. So, don’t bash us.

No Copy ! No Plagiat! Plagiat is loser

 

 

Happy Reading !

 

 

“Bukankah cinta memang tak pernah bisa memilih

Haruskah menyalahkan takdir jika pada akhirnya benar, ini cinta yang kurasa?

Jelas, aku sangat sadar dan seribu kali mengerti, suatu saat rasa sakit dan malu menginjak perih di depan mata

Namun sungguh! Teduh dan hangat yang tak pernah ku rasa ada di dekapannya

Tuhan ! Aku mohon. Ini belum terlambat bukan ?

Hanya keajaiban tangan-Mu yang kubutuhkan, berharap sayap-sayap kecil membawaku terbang lepas dari Cinta terlarang ini”

 

 

Story Begins_

 

Goresan mentari mengarah sejurus pada sebuah bangunan megah nan kokoh yang berdiri tegak dengan angkuhnya. Seolah mengikrarkan keindahan goresan Tuhan yang tiada tertandingi. Dinding – dinding tembok makin terlihat berkilau tatkala cahaya kuning emas dari arah timur menyapu sempurna tiap sisinya. Belasan pohon berbaris rapi bak serdadu penjaga yang mengelilingi bukit hijau nan subur yang terbentang luas berbias kabut lembut. Bunga – bunga yang menjalar liar namun tertata amat indah seakan menggoda untuk di resap. Sekawanan burung bergerak lincah seraya berkicau seolah ingin menunjukkan pada dunia merekalah pemilik suara paling indah di alam semesta. Surga dunia. Itulah bait pertama saat mata manusia memandang takjub lukisan alam dengan sejuta rahasia di balik perlindungan awan pohon Ek.

 

Elfame. Sebuah nama yang sangat asing terdengar di panca indera kita. Apa itu salah satu bagian wilayah Yunani? Salah. Letaknya bahkan tak jauh dari lingkar wilayah Korea Selatan, Seoul. Pulau Hongda Heuksando, Pulau indah tetapi menyimpan berbagai misteri yang sebagian masyarakat menganggap isapan jempol belaka. Tapi tanpa mereka ketahui, disemak belukar hutan kelam berkabut yang tak nampak kasat mata terdapat hal-hal menakjubkan di bawah nalar. Berbagai sosok serupa manusia mulai dari bersayap indah hingga bertampang monster, bertubuh  kerdil dan gempal, hidup serasi menegakkan kerajaan mereka tanpa di ganggu tangan panas manusia.

 

Tahayul, dongeng aneh, khayalan anak TK. Tapi, siapa kira jika semua narasi itu nyata adanya. Sosok bersayap gemulai dengan fisik menyerupai manusia persis, itulah peri. Tak kasat mata tapi hidup berdampingan dengan  manusia. Mereka hidup tenang mendiami hutan dengan rimbun tumbuhan yang menjulang serta taman bunga sebagai oksigen utama bagi bangsanya. Kerajaan megah yang hanya di huni makhluk-makhluk berkemampuan supranatural. Jadi, jangan dikira bisa dengan mudah menemukan tempat itu. Bagi siapa saja yang mengusik ketenangan bangsa mereka, para penjaga mulai dari pohon tak berkaki hingga manusia peri bertubuh kekar bisa dengan telak mematahkan kekuatan makhluk tersebut.

 

Tampak di suatu hamparan taman bunga terlihat gadis cantik dengan sayap putih indahnya merebah lelap tanpa memperdulikan usikan bangsa peri lain. Tertidur nikmat di kelilingi bunga tulip yang menyebarkan aroma wanginya. Masa bodoh dengan pekerjaan menyebar serbuk bunga, memurnikan air ataupun kegiatan yang membuat tangannya kotor. Toh, ia adalah putri di Negri Elfame. Izzie. Salah satu peri tercantik yang tersohor hingga ke semak istana Shea. Wajah sempurna, dan tubuh tanpa cacat setitikpun. Tapi, semua ke istimewaan raga nya tak di barengi dengan jiwanya. Malas, pembangkang dan manja. Itulah hal kedua setelah mengenal sosok gadis itu.

 

“Coba Lihat ! Apa itu yang dinamakan seorang putri? Aku fikir Raja Oberon dan Ratu Tania, telah di kutuk si peri jahat Pixies sehingga mempunyai seorang anak seperti itu. Pemalas dan tak tau tata krama,” cibir salah satu peri pohon memberikan pendapatnya mengenai Izzie seraya menggelengkan kepala sesaat melihat gadis cantik itu tertidur sangat nyaman tanpa peduli dengan keadaan sekeliling.

 

“ Yak! Apa nada suaramu tak dapat kau kurangi?! Kalau dia sampai mendengar perkataan dari bibir tebalmu, maka habislah kita!” sanggah temannya dengan suara sayup. Takut suaranya akan mengganggu Izzie yang terlihat masih nyaman dengan posisinya sedari tadi.

 

Namun percuma, peri yang sedang mereka bicarakan mendengar dengan jelas tanpa kabur sedikitpun. Ya, banyak yang tak mengetahui bahwa Izzie mempunyai kelebihan yang di turunkan dari peri tetua di Kerajaan Elfame. Ia mempunyai Indera pendengaran setajam lumba-lumba. Izzie mengerjapkan matanya cepat saat mendengar celotehan mereka tentang dirinya. Aneh! Punya Hak apa mereka dengan berani dan lantang membicarakan tentang dirinya. Itu bukan urusan yang pantas mereka koarkan. Akan lebih baik jika mereka mengunci rapat bibir dan melanjutkan pekerjaanya.

 

Wajah cantik Yeoja itu mendatar keras, mengepakan sayapnya cepat menghampiri peri-peri pekerja itu. Memberi sedikit alarm peringatan karna telah  membuat gendang telinganya panas. Ini memang bukan kali pertama nama nya di perbincangkan peri lain. Bahkan dengan jarak beratus meter ia bisa dengan leluasa mendengar umpatan, racauan ataupun gosip-gosip yang beredar tentang dirinya. Persetan dengan semua itu! Toh, biarpun mulut peri-peri itu berbusa, tidak ada yang bisa mengapus namanya dari daftar garis keturunan raja di Kerajaan Elfame.

 

“Jangan membuang waktu kalian hanya untuk aktivitas  konyol dan tak berbobot. Jika ada yg ingin di bicarakan, lebih baik langsung menemuiku,” ucap Izzie dingin tanpa ekspresi seraya meregangkan otot-otot tangan dan lehernya. Tidur yang sangat nyaman, tapi akan lebih nyaman lagi jika lontaran-lontaran peri di depannya ini tak membuat ubun-ubunnya mendidih.

 

“ Si..si  apa yang membicaraknmu ?” tampik salah satu peri tergagap.

 

“ Hahahhhaaa..” Izzie tertawa sinis menanggapi elakan bodoh mereka. Sedetik kemudian tawanya berubah menjadi desisan kasar yang hampir menusuk gendang telinga. Gadis itu menatap tajam tepat pada bola mata kehijauan kedua peri yang kini tengah terlihat ketakutan. Sayap Izzie mengepak lincah dan dengan sekali hentakan, tubuhnya telah menghimpit pada peri-peri yang membuat amarahnya mengepul padat. Jari-jari lentik berkuku pucat itu menyentuh lembut lekukan wajah salah satu peri. Lembut? Lebih tepatnya sentuhan pembunuh berdarah dingin dengan berkabut kata lembut.

 

“ Jika kau bosan dengan wajah putihmu, aku bisa merubah dengan mudah menjadi terlihat sedikit hitam. Ah! Kalau tidak aku rubah seperti para Hobit ahjussi, berkaki pendek dan telinga runcing yang indah. Otthe?” tawar Izzie dengan guratan senyum sinis menakutkan. Sedangkan para peri pekerja tersebut, begidik ngeri seraya terus medorong ludahnya sendiri memasuki kerongkongan.

 

“ Kau gila Izzie!” tanggap para peri seraya mengepak cepat sayapnya kabur dari intimidasi ‘sang putri’ Kerajaan Elfame. Sontak peri yang mereka maksud hanya bisa tertawa puas telah berhasil memberi pelajaran pada peri – peri penggosip itu.

 

Senyum Izzie merekah lebar tatkala telah membuat para peri pengganggu tidurnya itu berhasil bertekuk lutut hanya dengan sekali pukulan telak. Mengalahkan sang putri peri tercantik sama halnya mengalahkan puluhan lebah ganas saat merebut madu berharga mereka. Ayunan sayap Izzie lagi-lagi bergerak dan kali ini lebih pelan. Ia melayang rendah menyusuri luasnya rimbunan bunga penuh warna yang tampak seperti pelangi serta ilalang yang bergerak gemulai karna terpaan angin.

 

“ Membosankan…” Izzie mengatup mata seraya mengirup rakus aroma menyegarkan kesukaannya. Membiarkan sayap putih gadis itu mengontrol perjalanan yang tak jelas arah. Tapi, suara ringkikkan seekor kuda bertanduk emas menghentikan tubuhnya. Otaknya berputar, memikirkan hal-hal menyenangkan untuk mengusir rasa suntuk dan kantuk.

 

“ Teodor..” gumam Izzie dengan senyum lebar mendapati Unicorn gagah menikmati rumput hijau mengkilap karna terpaan mentari. Nampak jejeran gigi rapi tanpa celah menghiasi pesona bibir merah jambu Izzie.

 

 

 

___

 

“ Teodor, tubuhmu semakin kekar eoh? Pasti para Unicorn betina targila-gila padamu.” Izzie mengusap kasih pada kuda putih bertanduk emas tersebut. Salah satu Unicorn yang dianggap suci dan memiliki indera perasa paling peka di banding kuda bertanduk lain.

 

Merasa tak nyaman, Teodor melenggang mundur menjauh dari sisi Izzie. Suara Ringkikkan keras nan lantang serta amukan tubuh  menandakan bahwa ia tak ingin disentuh bahkan diganggu. Kuda bertanduk emas itu menggeleng keras seraya kembali menikmati makan siangnya tanpa menghiraukan wajah kesal sang putri karna tolakan. Ya, hewan suci dan dilindungi di Negri Elfame ini pun mengerti dan fasih akan sikap kekanakan putri Izzie. Ia bahkan tau jelas fikiran muslihat peri bersayap cahaya itu. Bukan Izzie namanya jika dengan mudah angkat tangan menyerah, apalagi oleh hewan yang tak mengerti betapa cantik gadis di depannya.

 

Sayap Izzie lagi-lagi mengepak lincah memutari punggung Teodor. Ia mengulum bibirnya lembut, berfikir tindakan  yang harus di gunakan untuk membuat kuda bertanduk ini menyerah. Bingo! sudut bibir Izzie mengembang sempurna. Entah, fikiran culas mulai menggerogoti otak peri cantik tersebut. Tanpa menghiraukan kesibukan Teodor, tubuh Izzie telah menangkup lekat pada punggung kokoh kuda bertanduk yang amat di jaga para peri pengembala. Mendapatkan perlakuan tiba-tiba, sentak Teodor kaget bukan kepalang hingga membuat lengkingan suara ringkikkannya menggema hingga sudut terkecil hutan Elfitopia, hutan yang khusus menjadi tempat tinggal para hewan-hewan suci Negri Elfame.

 

“ Hiaaaakkk…..!” pekik Izzie seraya menepuk keras lengan kaki Teodor. Ia memerintah si kuda bertanduk untuk berlari memutari padang savana hutan Elfitopia. Sedangkan Teodor, terus saja memberontak tapi tetap berlari kencang seperti yang di inginkan Izzie. Dan semakin lama pacuan itu semakin cepat hingga meninggalkan kawasan kandang Unicorn. Menyadari telah terlampau jauh memacu kuda nya, ia cepat-cepat memberhentikan Teodor.

 

“ Hiaakkkk! Berhenti,” teriak Izzie lagi seraya kembali menepuk lengan kekar Teodor. Percuma. Kuda berkulit putih itu terus saja berlari kencang menembus semak belukar hutan. Izzie panik. Ia terus menepuk tubuh Teodor berharap sang Unicorn menghentikan lajunya.

 

“ Aigoo!  Ige eottokhaeyo?!” Izzie kalang kabut tatkala Teodor tak ingin berhenti memacu tubuhnya. Wajah peri cantik itu berubah muram, was-was, takut jika peri lain melihat ulah bodohnya. Jika seperti itu, tak pelak nama nya akan menjadi Hot News seantero Negri peri.

 

OMONA! Batas terlarang!” teriak Izzie frustasi, mendapati dirinya telah memasuki wilayah haram di datangi makhluk peri. Batas daerah Negri peri dan manusia. Dalam hati, Izzie terus mengutuk diri yang dengan bodohnya membuat si kuda jantan bertanduk menjadi berang. Mati! Ia pasti akan mati di cambuk, dipukuli, atau jika beruntung hanya di pasung masuk penjaran istana Shea yang terkenal akan kotor dan menjijikkan oleh Raja Oberon, Ayah nya sendiri. Berkali-kali ia memukul wajah dan menjambak rambut panjangnya kesal.

 

BUG!

 

Tubuh Izzie terjerembab jatuh di lumpur basah nan kotor. Tak sadar jika terlalu asik bergelut dengan kesalahan di atas punggung Teodor hingga membuat keseimbangannya oleng.

 

“ Aw! Appoyo..,” ringis Izzie seraya mengusap lembut bagian belakang tubuhnya. Sedetik kemudian, ia berteriak berang mendapati tubuh putihnya berubah coklat kotor di penuhi lumpur.

 

“ Yak! Pabo! Untuk apa sayap jika akhirnya terjatuh. Menjijikkan! Lumpur sial.” Teriakan dan ratapan Izzie meluncur tanpa arah. Memukul tanah tempat ia terjatuh bebas tanpa menyadari jika ‘si hewan berkaki empat dengan tanduk emas’ telah hilang memasukki semak belukar daerah terlarang.

 

“ Teodor.. Arggggh ! Matilah aku ! Appa pasti akan mencekik ku hingga mati.”

 

 

                        ****

 

@Shea’s Castle, Elfame, -South Korea-

 

Sosok cantik tanpa celah itu masih tetap diam merunduk, tanpa berani menatap balik laki-laki gagah yang terduduk di singgahsana nya.  Ngeri! Tatapan bengis seolah menerkam, menyantap tubuh nya tanpa ampun. Izzie tak henti menenggak ludah membanjiri rongga kerongkongan yang terasa kerontang. Apa dia akan di penjara? Atau dirubah menjadi manusia gobin berkaki pendek? Ya, semua pertanyaan menakutkan terbang berputar di otaknya.

 

“ Bagaimana bisa kau selalu membuat ulah eoh? Lihat apa yang kau perbuat! Seluruh istana gempar karna kelakuanmu. Teodor, entah dimana dia sekarang. Apa aku harus merubahmu dan menggantikan tempat Teodor?!” cecar Raja Oberon berteriak marah hingga membuat seluruh yang ada di istana begidik ngeri mendengar gelegar suara sang raja.

 

Appa! Bagaimana bisa appa tega mengubahku menjadi Unicorn?” Izzie memelas seraya membuat ekspressi wajah yang teramat miris. Berusaha menggugah semua orang yang ada di ruangan luas itu memberi kasihan barang sedikit saja.

 

“ Kenapa tidak ?! Kau tau, banyak sekali rakyat peri yang mengadu atas tingkahmu. Pemalas, tak tau tata krama, pengacau, dan yang terakhir kau mengancam peri lain. Jinjja! Rasanya  kepalaku akan pecah mengurus satu anak sepertimu,” ujar Oberon pening tatkala mendapatkan laporan-laporan masalah kenakalan sang putri. Ia sedikit memijat tengkuk lehernya yang serasa berdenyut kencang.

 

“ Tapi mereka yang lebih dulu membuatku marah!” protes Izzie tak ingin di salahkan. Ia tetap kekeh mempertahankan prinsipnya. Jika tak ingin lebah menyengat jangan pernah mencuri madu!

 

“ Cukup! Kau harus di hukum agar menyadari kesalahanmu. Kau sudah tau jika menunggang Unicorn tanpa izin akan di siksa kan? Apalagi menghilangkannya,” ucap Oberon mantap. Tak setitikpun dari nada suara bariton nya melunak. Sedangkan si peri terdakwa lagi-lagi hanya bisa merunduk pasrah menerima nasib sial yang akan menimpa nya. Kesepuluh jemari Izzie menaut gemetar menunggu detik-detik titah hukumannya.

 

Oberon.” Sang ratu mengenggam lembut tangan Oberon. Menenangkan raja dari amukan yang bisa merakibat fatal untuk putrinya. Ratu Tania, ibu peri yang amat di segani peri lain. Perawakan tak kalah cantik dari Izzie meski perbedaan umur yang amat signifikan. Seperti hal nya ibu lain, Tania juga selalu melindungi putri-putri nya. Ya, sepertinya di antara putri peri lain, hanya Izzie yang sedikit menonjol dalam hal pembangkang.

 

Tania mendekatkan wajah ke telinga runcing Oberon yang masih berwajah keras. Membisikan sesuatu sehingga membuat dahi Raja peri itu bertaut berfikir. Setelah Tania melepaskan kontak fisik, mata raja beralih menatap tajam tepat di pupil kehijauan mata Izzie. Sontak rona wajah Izzie dari bingung merubah muram dan kembali menunduk takut. Izzie menghirup dalam-dalam oksigen sekitar seraya mengatup kedua mata nya. Tak henti-henti organ vital utama tubuh nya berdentum keras menunggu Oberon bersuara lagi.

 

“ Baik! Jika Tania sudah berbicara seperti itu, aku menyerah. Izzie! Kau harus berterima kasih mempunyai Eomma seperti Tania. Jika tidak, mungkin sekarang kau sudah di buang ke hutan Lexus tempat monster Trolls tinggal.”

 

Appa, Eomma, Gomawo,” ucap Izzie senang. Senyum merekah sempurna menggaris pada wajah cantiknya. Sayap yang tadinya sayu berkembang semangat karna telah terbebas dari niatan siksaan.

 

“ Ck! Jangan senang dulu PUTRI Izzie.” Oberon menekankan kata-kata putri untuk memperjelas dan menyadarkan status Izzie yang harusnya menjadi panutan bagi peri lain. Mendengar nada suara menakutkan dan mendapati seringaian dari wajah ayahnya, Izzie lagi-lagi terdiam. Matanya mengerjap menerawang hal yang tak bisa di terka oleh nya.

 

“ Hukumanmu! Kau harus merubah nasib seorang manusia pada jalan yang seharusnya. Tidak hanya itu! Memberikan kebahagiaan yang tak pernah ia dapat. Ingat itu!”

 

“ Tapi Appa– ”

 

“ Jika kau tidak berhasil, kau tidak akan bisa kembali dan seluruh kekuatan peri mu akan lenyap. Kau tau kan bagaimana rasanya menjadi peri yang hanya tertidur tanpa sayap.” Nada diktator yang terdengar bak Adolf Hitler itu sukses membuat Izzie menganga lebar. Mata bulatnya hampir saja lepas tanpa permisi hingga memutus seluruh saraf indera tersebut. Ini lebih kejam dari di buang ke hutan dimana para Trolls bermain atau di cabik srigala kelaparan. Manusia? Bukankah itu makhluk terkejam di dunia? Seisi Negri pun tau hal itu. Manusia yang tega membakar tempat tinggal mereka demi sebuah benda kertas yang bahkan akan melebur jika tersiram air. Tidak ada jalan lain. Mengikuti perintah atau mati konyol di terkam monster.

 

 

            ****

 

Di sebuah kamar mewah, tampak sosok pria tampan sedang mengepak rapi barang-barang yang telah di penuhi pasir-pasir halus udara. Sedikit aneh, bukankah rumah mewah seperti itu selalu sesak akan pegawai-pegawai rumah tangga yang dengan telaten dan tanpa disuruh akan membersihkan hingga mengkilap tanpa cacat? Ya, pria itu bukan seperti anak borjuis lain yang dengan sekali lentikan jari semua ke inginan akan jatuh tepat di bola mata. Ia tidak butuh dan tak peduli dengan hal itu. Semua pengawai rumah tangga sama sekali tak ada yang boleh menyentuh walau sejengkal barang-barangnya. Kim Jong Woon, pria yang memiliki kekayaan melimpah ruah yang di turunkan dari sang ayah. Kekayaan yang tak akan habis hingga garis ke sepuluh keturunan nya. Tapi ia juga  amat miskin. Harta? Uang? Jauh dari pada itu. Di sudut terpencil hati nya, pria ini amat miskin belaian cinta kasih sang pendekap hangat ibu atau si tembok pelindung ayah.

 

Sepi! Hal biasa atau bisa di sebut teman baiknya selama ini. Teman yang tak pernah meninggalkannya saat pertama kali suara tangisan terdengar di dunia. Dan akhirnya, ia tumbuh menjadi pria yang sulit di pahami. Dingin dan pribadi penuh rahasia tentang sisi gelap jiwanya.

 

 

Jong woon terus merapikan beberapa baju dan memasukannya ke dalam koper hitam yang telah ternganga lebar di tempat tidur. Aktivitasnya berhenti tatkala suara ketukan sedikit mengganggu pendengarannya.

 

“ Tuan muda, makanan sudah siap,” sapa seorang wanita berumur mendekat perlahan ke arah Jong won.

 

“ Ah, nde Jung Ahjumma. Khamsahamnida tapi seperti nya hari ini aku sedikit mengecawakanmu. Tadi di bar aku sudah makan banyak,” tolak Jong woon halus seraya menegok ke arah wajah teduh wanita di depannya. Seulas senyuman manis tampak menghiasi wajah tampan pria bermata sipit itu. Ya, di dunia ini hanya bibi Jung yang bisa menjadi sosok ibu meski tanpa pertalian darah.

 

 

“ Aku sangat kecewa. Apa tuan muda tidak letih bekerja di bar kecil itu? Jika tuan besar tau, ia pasti akan marah.” Jong woon hanya tersenyum simpul menenangkan saat mendengar pernyataan salah satu orang yang amat ia sayangi ini.

 

“Ah ya tadi tuan besar menanyakan anda. Sepertinya beliau harus lebih lama di Dubai.”

 

“ Benarkah? Setidaknya ia masih ingat mempunyai anak di Korea.” Ucapan sinis tapi terdengar santai. Kim Jong in. Ayah yang ekstra sibuk melebihi presiden Korea. Pemilik perusahaan properti terkenal di Korea. Bahkan nama nya telah menjadi sosok besar di mata dunia. Tapi setidaknya, ayah sibuk itu sering bertanya kabar atau berbasa-basi yang memang sudah basi di telinga Jong woon.

 

____

 

Ahjumma aku pergi ne,” pamit Jong won seraya memeluk sekilas tubuh renta di depannya dan kembali menapak menuju pintu megah rumah yang sejak dua tahun telah di tinggalkannya. Pria itu lebih memilih tinggal di apartement sederhana di banding rumah besar tapi hampa. Tapi belum lama ia berjalan, seorang wanita berpenampilan elit dan berperawakan cantik tiba dengan langkah gontai di atas supir khusus keluarga Kim.

 

“ Waaah anakku! Anakku yang tampan pulang!” racau Nyonya Kim seraya mengelus pipi Jong woon keras. Tercium aroma keras alkohol dari sela-sela mulut nya. Jong woon hanya membatu, menatap sinis wanita yang telah melahirkannya tapi tidak pernah merawatnya.

 

Tak menggubris perkataan ibu nya, Jong woon kembali melangkah pergi tanpa bersuara atau bahkan desisan. Tak ada. Jiwa nya benar-benar muak dengan sosok yang harus nya menjadi panutan, bersikap tak bersalah dalam hal kehidupannya . Setiap kali melihat wajah itu, hati Jong woon panas. Mendidih hingga titik maksimum melenyapkan seluruh cinta dalam jiwa nya. Sekelebat masa kecil yang kelam dan tak akan pernah terhapus mudah, terngiang tanpa kabur di benak Jong won. Di umur 5 tahun. Usia dimana anak kecil tidur dalam pangkuan bunda. Sedangkan ia harus terjaga sendiri di tengah gulita kamar dengan luas yang orang dewasa bisa bermain tenis disana. Ia takut dan terus mencengkram boneka teddy bear yang dihadiahkan Ayah untuknya. Anak kecil itu memberanikan diri mengetuk pintu kamar ibu nya, berharap sedikit saja rasa tenang. Tapi yang di dapat bukanlah sapaan manis, pelukan hangat atau sedikit saja tatapan teduh. Wanita yang berstatus ibu dalam selembar surat itu mengumpat dan mengusir tanpa menggubris wajah ketakutan Jong woon kecil.

 

“ Heii kemana kau eoh? Aku belum selesai bicara anak nakal.” Nyonya Kim mengeluh seraya menunjuk Jong won yang telah menjauh. Sesekali tubuh nya goyah karna mabuk dan harus di papah oleh pelayan lain.

 

“ Ciih! Anakku? Sejak kapan kata itu ada,” ucap Jong woon dingin seraya terus berjalan keluar dari kawasan megah rumahnya.

 

                        ****

 

“ Tempat macam apa ini? Banyak sekali cahaya. Apa itu kunang-kunang?” Izzie menatap antusias pemandangan megah kota Seoul yang tak pernah ia dapat di Elfame. Gadis itu menyentuh benda apa saja yang nampak aneh di mata kehijauan nya. Dinding, lampu, kaca, bahkan ketika melihat pria tua berkumis Izzie terperangah aneh dan ingin menyentuh nya. Tapi tampang sangar pria itu mengentikan niat Izzie.

 

“ Dimana orang itu?” gumam Izzie seraya melihat sketsa wajah yang di jatuhkan tepat ketika perintah Raja di turunkan untuknya. Ia berjalan tanpa arah menengok tiap orang yang berpakaian aneh penuh warna.

 

“ Aku benci udara disini! Sama sekali tak ada bunga. Hanya bau asam busuk!” umpat Izzie penuh amarah. Ia mengatup hidung nya mencoba menetralkan indera pencium itu.

 

TIN!!

Pekikan klakson mobil menghentikan langkah Izzie. Ia merlonjak kaget tatkala benda besi beroda telah ada di depannya dengan jarak satu meter. Sontak wanita itu terduduk lemas membayangkan monster menyeramkan di dunia manusia. Izzie menghirup oksigen dalam-dalam, mengembang dan mengempiskan dada nya untuk membuat jiwa nya kembali tenang.

 

Agasshi! Kau gila atau bodoh! Apa kau tidak melihat warna lampu hah?!” teriak si pengendara mengamuk tatkala Izzie menyebrang tanpa melihat lampu lalu lintas.

 

“ Lampu?” gumam Izzie tak mengerti. Ia masih tak beranjak dari tempat ia duduk setelah mobil yang hempir merenggut nyawa nya telah hilang bersamaan mobil-mobil lain.

 

“ Apa kau tidak apa-apa agasshi?” tanya seorang pria bersuara bariton dengan mengulurkan tangan mungilnya. Izzie mendongak tanpa tenaga pada orang itu. Satu, dua, lima detik otaknya tak bekerja. Mendengar pertanyaan sekali lagi pria itu, akhirnya Izzie tersadar dan berlonjak gembira.

 

“ Kau ! akhirnya aku bertemu denganmu!” teriak Izzie histeris senang dan seketika berdiri tanpa menghiraukan uluran tangan pria itu. Tak ingin ambil pusing Pria itu meninggalkan Izzie yang masih melompat kegirangan dengan lengkingan-lengkingan mengganggu.

 

Mwo! Kemana lagi orang itu.” Menyadari Targetnya hilang, Izzie berlari kencang mencari pria tadi. Nafas nya memburu hebat karna terus mengejar pria bermata sipit yang menjadi penentu antara hidup dan matinya. Tak pernah sekalipun wanita itu berkeringan dan amat letih seperti sekarang. Toh, bukankah ketika di Negri Elfame ia hanya mengepakkan sayap untuk beraktivitas kemanapun.

 

Saat menemukan ‘si target penentu hidupnya’ Izzie mendekat tanpa di ketahui pria tersebut. Mulai dari supermarket hingga ke toko pakaian, ia tetap menguntit bak detektif handal. Tapi orang itu bukanlah pria bodoh yang mudah di kelabuhi. Perasaan peka nya kini bisa di andalkan. Ya, ia Kim Jong woon. Si anak Miliader yang meninggalkan seluruh fasilitas surga dunia demi sebuah kebahagiaan batin. Merasa risih dengan kelakuan penguntit, Jong woon berhenti menapak tetapi tidak mengubah rona datarnya.

 

“ Siapa kau eoh? Untuk apa kau menguntit ku?” tanya Jong woon seraya membalikkan badan tepat saat Izzie di belakang yang berjarak tak mencapai satu meter. Mendengar pertanyaan mengagetkan, Izzie sontak memberhentikan tubuh cepat nya sebelum menabrak Jong woon. Tapi tindakan ceroboh Izzie lagi-lagi membuat nya menggali kuburannya sendiri. Ia menabrak Jong woon hingga membuatnya meringis mengusap dahi nya yang membentur pada dahi Jong woon.

 

“ Awww! Appo!” ringis Izzie kesakitan seraya terus mengusap dahi nya yang semakin memerah.

 

“ Sial! Gadis ceroboh!” umpat Jong woon kesal dengan menyernyitkan dahi mencoba menghentikan nyeri akibat benturan keras kepala batu gadis penguntit nya.

 

“ Aku bukan gadis ceroboh! Aku peri!?” balas Izzie lantang tak kalah kesal nya mendengar umpatan kata yang membuat ubun-ubun nya panas. Gadis ceroboh? Kata – kata menjijikkan.

 

“ Peri?!! Kau gila.!”

 

`TBC !

 

3 thoughts on “My Wings is You

  1. Wah FFnya menarik nih ,,
    Hehe part selanjutnya ditunggu ya kak 🙂
    Keep writing 🙂

  2. Ah eonniiii..
    Udah mulai deg2an bacanya malah continue aja 😦

    Wah,
    Nungguin si abang jong woon.a berubah ntar pas ktemu izzie :3

Leave a comment