Angel Mom [Part 2]

Image

“ Eun hye,” lirih Donghae tanpa bisa mengucapkan hal lain. Benar, hanya nama dan wajah itu. Rasa sakit, perih, dan kerinduan menerjang hebat di hatinya. Wajah pria itu mendatar tanpa ekspresi membiarkan perasaaan berkecamuk saat melihat kembali wajah yang tak pernah bisa ia lupakan. Ini nyata ! Ini bukan khayalan yang selalu terbang hingga alam mimpinya.

Dan wanita yang Donghae lirihkan, sontak membeku saat mendengar nama yang telah ia tinggalkan di jejak masa lalunya yang kelam. Seluruh organ dan kekuatan Yuri seakan melebur cepat tanpa meninggalkan serpihan. Hati wanita itu menjerit, merongrong meminta merangkul kembali kehangatan pada pria di depannya. Rindu ! Sakit ! Beribu-ribu keinginan ia matikan untuk meraih erat dan tak membiarkan pria tersebut pergi lagi. Tidak ! Sekarang dia bukalah Yoon Eun Hye, wanita yang mencintai dan dicintai Donghae. Sosok itu telah hilang dan berganti menjadi Park Yuri. Jadi, semua keinginan itu tak lagi berguna.

“ Maaf saya permisi direktur.” Dengan sisa kekuatan, Yuri memulihkan saraf-saraf kerja otaknya yang sempat berhenti oleh sorotan tajam Donghae. Mencoba melarikan diri dari situasi cekam yang membuatnya sesak.

“ Yoon Eun hye !” Donghae mencengkram lengan Yuri, tak ingin lagi membiarkan wanita itu lepas dari jangkauannya.

SREP!                       

Donghae memutar tubuh Yuri yang masih membeku dan  memeluknya seperti saat-saat masa indah silam. Mata pria itu memerah menahan cairan hangat kelopak matanya turun deras. Ya, rasa rindu itu hampir membuatnya gila. Empat tahun tanpa henti mencari wanita ini sejak kepulangannya dari London, mengecap pendidikan hasil belas kasih perusahaan tempat sekarang ia mengabdi. Tapi, saat ia kembali dengan kebanggaan itu, Eun Hye pergi tanpa sepatah kata. Meninggalkan kenangan indah tanpa bisa terhapus.

“ Eun hye… Yoon Eun hye..” ucap Donghae serak. Ia terus memanggil nama itu, satu-satunya nama yang bisa membuat Donghae melambung tinggi bahagia dan menjatuhkannya sekaligus. Dan hanya dengan menyebut nama tersebut, bisa membuat jiwanya berdesir hebat.

“ Kau bohong. Bukankah kau berjanji untuk selalu disisiku?”

Yuri, wanita itu terus saja mengunci mulutnya. Jika saja ia masih Yoon Eun hye seperti yang Donghae lirihkan, mungkin wanita ini tidak akan berfikir hingga ratusan kali untuk menghindar.

“ Maaf Direkur anda salah orang,” ujar Yuri seraya mencoba melepaskan tubuhnya untuk menjauh dari Donghae. Tapi percuma, tangan kekar pria itu bahkan bertambah erat memeluk tubuhnya seakan tak ingin di rebut oleh orang lain. Sesak. Rangkulan itu menyakiti tubuh dan perasaan Yuri.

“ Ada apa denganmu ? Kau kemana? Bogoshipo, Jeongmal bogoshipo.” Donghae terus mengatakan pertanyaan-pertanyaan di kepala yang telah ia pendam bertahun-tahun. Petanyaan yang hampir membuatnya gila.

“ Tuan ! Anda salah orang, saya bukan orang yang anda maksud. Saya Park Yuri!” sergah Yuri seraya mendorong keras tubuh yang mendekapnya tanpa jarak. Sontak tubuh pria itu sedikit terpental menjauh. Donghae terhenyak tak percaya saat mendengar lontaran menyakitkan dari wanita yang selama ini menguasai fikirannya. Mata Donghae menangkap tag name yang mengait di pakaian Yuri.

“ Park Yuri..” Gumam Donghae tak percaya. Ia menggeleng pelan mencerna kejadian diluar nalar. Jantungnya seakan tertembak timah panas! Teramat sakit.

Mianhamnida direktur.” Yuri membungkuk hormat dan kembali memalingkan tubuh, melangkah pergi.

“ Eun hye noona..” Dengan sigap Donghae kembali meraih pergelangan tangan Yuri dan memeluknya dari belakang meskipun tanpa tenaga. Pertahanannya runtuh. Air mata menetes pelan, jatuh tepat di bahu Yuri. Donghae bukan orang bodoh yang bisa percaya jika dua manusia memiliki satu wajah sama persis.

Yuri lagi-lagi tersentak mendapatkan perlakuan Donghae, sekaligus merasakan air hangat pria itu. Donghae menangis, pria itu menangis. Jari-jari Yuri bergetar hebat dan terus meremas keras tepi rok nya, mencoba meminta kekuatan. Wanita itu mendesah berat seraya mengatup kedua matanya. Membiarkan air mata turun dari sekali hentakan.

            ‘ Tidak apa-apa, sekali ini saja. Aku merindukan hangat ini. Aku merindukan wangi ini. Tuhan, jangan hukum aku. Mianhae… Hae-ya Uljimma, Jebal.’

Tok.. tok!

Suara hentakan pintu menyadarkan Yuri. Ia menghempas lemah tangan kekar Donghae yang berubah rapuh dari sisinya. Pergi, hanya itu yang ada di fikiran Yuri. Wanita ini berjalan meski terseok menghindari ‘sang direktur’ yang masih membatu di belakang. Ia merunduk menutupi rona sakit pada wajahnya saat bertemu dengan tuan Ahn.

“ Direktur ini –” perkataan Tuan Ahn berhenti seketika tatkala telapak tangan Donghae terbuka mengisyaratkan ‘STOP’. Mata manager itu memincing bingung mendapati wajah atasannya tak seperti biasanya yang dipenuhi senyuman ramah.

“ Dia.. wanita itu ..”

“ Dia?” Tuan Ahn kembali berpaling ke belakang melihat arah pandang Donghae yang sejurus menatap punggung Yuri.

“ Park Yuri ?” tanya Tuan Ahn memastikan. Ia seketika terdiam mendapatkan tatapan singa kelaparan melalui iris mata Donghae.

Nuguseo?” tanya Donghae dingin. Rasa ketidakpercayaan pria itu tak pernah terkikis sejak mengetahui kenyataan bahwa dia bukan Yoon Eun hye, gadisnya.

“ Park Yuri. Dia hanya karyawan biasa direktur. Tidak ada yang spesial dari gadis itu,” cibir tuan Ahn meremehkan. Ya, Yuri bukan gadis yang dengan leluasa berpenampilan sexy seperti karyawan lain untuk menarik perhatian orang. Dia hanya gadis biasa yang memiliki sejuta rahasia tanpa ada orang yang bisa membobol rahasia kehidupannya. Kolot, membosankan dan tertutup. Semua karyawan akan setuju dengan kata-kata itu.

“ Tutup mulutmu. Sekali lagi aku mendengar ucapan dan  nada suara itu, aku pastikan kau tidak akan bisa menginjakkan kaki di sini atau di tempat manapun. Pergilah,” usir Donghae seraya kembali ke meja kerja nya. Sedangkan tuan Ahn, hanya bisa menenggak ludah ketakutan mendengar ancaman Donghae. Ada apa dengannya? Hanya karna karyawan biasa, Donghae mengancam keras dirinya dan berubah menjadi Yakuza, sang mafia Jepang. Tuan Ahn begidik ngeri seraya berjalan mundur menghindari aura  menakutkan seorang Lee Donghae.

                        ****

“ Aku harus membecimu karna meninggalkanku..

Aku harus membencimu karna mencampakkanku…

Tapi, rasa benci ini bahkan hanya sebesar tetesan embun yang akan hilang jika mentari pagi berpijar

Seperti itu juga aku, rasa cinta yang terlampau tinggi hingga melumat habis benci hanya dengan menyentuh bayang semu wajahmu”

 

                            ___

             Hembusan angin hasil karya tangan manusia menerbangkan halus tepi sisi kertas lusuh di atas dataran kaku benda persegi empat ini. Hening itu masih saja tak enggan meninggalkan ruangan, tak memberikan sedikit saja suara decitan ataupun dentingan. Tak ada, hanya helaan nafas terasa berat dan mencekam. Pria itu, pria yang membiarkan hatinya hancur hanya dengan beberapa kata. Tidak! Bahkan jauh sebelum wanita itu mengucapkan hal yang membuat jantungnya tertusuk, semua telah hancur.

Donghae masih saja merunduk tanpa daya. Menopang dahi dengan kesepuluh jari yang mengerat sehingga membentuk kepalan tangan. Pria ini membiarkan air conditioner dalam ruangan hampir mencapai titik maksimum menyekat kulit. Berharap hembusan dingin benda itu bisa mendinginkan hatinya. Percuma! Semua bayang, perkataan, pertanyaan dan kenyataan  semakin ingin menerjang bebas hingga memecahkan otaknya.

“ Arrggghhh!” Donghae mengerang seraya menghempaskan kasar tubuhnya pada punggung kursi. Marah ? Ya, pria itu benar-benar marah pada kenyataan yang sama sekali tak bisa ia ungkap.

Drrtt.. drttt..!                       

Sudut mata Donghae melirik sekilas kearah benda persegi hitam yang terkapar sembarang di meja. Terlihat jelas layar putih mengkilap menampilkan nama yang tak asing. Nam Gyu ri. Ia meraih malas ponselnya seraya menghela nafas berkali-kali untuk mengatur emosi. Apa yang akan dikatakan Gyu ri jika mendapati nada tak biasa dirinya? Bagaimanapun ia adalah kekasih gadis itu. Hal itu yang tak bisa di ditampik begitu saja.

Yeoboseyo chagiya..” sambut Donghae dengan suara dibuat-buat. Ia menarik paksa bibir untuk membentuk situasi seceria mungkin.

“ Kau di Paju ? Bunga lily? Aku sedang sibuk chagi. Besok saja ne?” pinta Donghae lembut. Tapi, ia sedikit menjauhkan ponsel itu dari indera pendengarannya. Raut wajah Donghae menyernyit tatkala mendengar teriakan manja gadis di seberang telfon.

“ Ahh, ne .. ne .. akan aku bawakan.” Donghae menyerah pasrah pada Gyu ri. Ya, siapa yang bisa menolak permintaan anak gadis pemilik perusahaan Hongdae Grub. Jika bisa memilih, ia akan tetap duduk bertahan disini atau tertidur pulas menekan semua emosi yang berkecamuk marah.

Pria berjas coklat itu menegakkan rangka tubuhnya malas. Ia melepas paksa dasi dan membuang sembarang ke arah sofa ruangan kerjanya. Benda itu seolah mencekik keras rongga tenggorokan hingga membuat paru-paru Donghae kekurangan suplay oksigen murni. Benar, hingga saat ini dadanya masih sesak mengingat semua kejadian hari lalu. Ia melangkah seakan tanpa rangka. Wajah ramah yang dulu hadir saat pertama kali menginjak kaki di hotel ini, berubah drastis menjadi sosok dingin tanpa ekspresi. Tak ada lagi rona teduh. Membuat seluruh karyawan bergelut dengan pertanyaan aneh di otak  tentang prediksi-prediksi masalah direktur tampan mereka.

“ Selamat siang direktur,” sapa salah satu staff officer hotel ramah. Tapi, yang di dapat hanya hembusan udara hampa. Tak ada kata-kata, tak ada balasan ringan.

Tiba-tiba Tubuh Donghae membatu tepat di sebuah pintu yang ruangannya di penuhi sesak karyawan. Kaki pria itu berhenti tanpa perintah langsung dari otak, sang empu nya. Dengan tenang, ia melangkah masuk mendekati salah satu wanita berkacamata yang sibuk mendongak intens pada layar LED di depannya. Melahap berkas-berkas administrasi hotel yang menjadi makanan sehari-hari.

“ Park Yuri.”

DEG! Hanya dengan mendengar desahan panggilan itu Yuri membeku tak bernyawa. Jika saja orang lain yang mengucapkan namanya, mungkin tanpa komando mata Yuri akan beralih pada sumber suara. Tapi, kali ini berbeda. Ia bahkan tak berani bernafas jika di dekat pria itu. Takut kalau-kalau wangi candu ‘sang pengusa hati’ kembali membuat paru-parunya mabuk dan tak ingin melepaskan lagi, membiarkan indera pencium berfoya-foya akan aroma itu.

Nde direktur.”  Yuri menatap balik sorotan tajam Donghae. Mati! Sorotan tajam mematikan elang itu kini terpancar jelas di bola mata hitam pria di depannya.

“ Bersihkan ruanganku,” ucap Donghae dingin seraya kembali berpaling dan menapak pergi tanpa mendengar tanggapan Yuri. Entah, pria ini ingin berusaha menetralkan hatinya atau berusaha mencari tau melalui kilatan-kilatan tatapan sendu Yuri.

@ Gongju Florist

Semerbak wangi bunga dengan berbagai jenis memenuhi ruangan berkapasitas minimum itu. Tatanan artistik serta coretan-coretan lukisan abstrak pelukis jalanan bertengger rapi pada dinding berbias biru langit, semakin memancarkan kesan ramah bagi mata sang pengunjung. Ya, itulah  yang dirasakan Donghae saat pertama kali menginjakan kaki di toko bunga sederhana ini.

“ Ada yang bisa di bantu tuan?”  tanya pemilik florist lembut. Wanita berumur 30 tahunan itu mendongak menatap arah pandang Donghae pada sebuah lukisan punggung seorang wanita dengan rambut tergerai, menggenggam tangan seorang anak kecil yang berjalan beriringan.

“ Ahh nde.. Tolong carikan saya beberapa tangkai bunga lily.”

Arraseo, saya tinggal sebentar,” tanggap sang pemilik dengan senyum lembut menanggapi wajah bingung Donghae setelah melihat lukisan didinding.

Donghae kembali mengedarkan pandangan meneliti hampir tiap sudut toko bunga. Entah, ada semacam ketertarikan melihat dekorasi ruangannya meskipun tempat itu sederhana. Ia kembali melangkah keluar mendekati pintu masuk; membaca merk toko ataupun semacamnya untuk mengingat tempat ini.

Hyung!” pekik seseorang seraya menepuk pelan bahu Donghae. Sontak Donghae beralih pandang menghadap orang yang dengan berani membuat jantungnya berlonjak.

“ Aiiss Siwon-ah, kau mengagetkanku! Sedang apa kau di Paju?”

“ Hahaha. Salahmu yang terlalu serius membaca plat nama toko ini. Hmm, toko bunga eoh? Siapa gadis yang kali ini jatuh dipelukanmu? Ck ck ck ! Jadi sikap romantismu itu tak pernah berubah.” Teman lama Donghae saat di London itu pun berdecak seraya menggeleng menanggapi sikap menahun Donghae.

“ Heiii! Apa maksudmu kali ini? Apa kau pernah melihatku menggandeng wanita eoh? Iss, kau ini selalu mengalihkan pertanyaanku.”

“ Hahaha. Kau benar Hyung, kau hanya mencintai satu gadis.”

Mendengar penuturan polos Siwon, sentak Donghae lagi-lagi mendatar. Asa itu telah menjorok terjal sekarang. Membiarkan bekas luka terpapan melalui harapan silam. Rahang Donghae mengeras tanpa bisa menanggapi lebih jauh perkataan Siwon. Hatinya teramat ngilu tatkala fikiran kembali terbang pada wajah Yoon Eun hye.

Hyung, aku pergi dulu ne, syuting sebentar lagi akan dimulai,” ujar Siwon seraya menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sedangkan Donghae, hanya bisa memandang punggung bidang teman lamanya yang semakin menjauh.

Donghae kembali menengadahkan wajah,bukan lagi menatap plat nama melainkan langit mendung kota Paju. Langit abu-abu yang melukiskan tepat seperti hatinya saat ini. Haruskah ia membenci wajah itu? Haruskah ia menghapus kenangan itu?

Hyung …” suara samar-samar kecil mengalihkan perhatian Donghae. Kepalanya mengedar mencari suara anak kecil yang menarik minat pria ini. Tepat saat sentuhan lembut jas nya, ia merunduk mendapati sesok anak kecil berwajah cantik tengah menatapnya tanpa bisa diartikan.

“ Heii cantik, apa kau tersesat?” lontar Donghae ramah seraya berlutut mensejajarkan tubuhnya pada gadis kecil itu. Pria itu tersenyum amat manis menanggapi rona datar gadis bertubuh mini di depannya. Dan anak itu, hanya memainkan bulu mata lentik tanpa menjawab pertanyaan Donghae.

Hyung.” Lagi-lagi ucapan polos tanpa tau arti terucap bebas dari sela-sela bibir mungilnya membuat Donghae terkekeh lucu.

“ Hahahaha.. Gadis cantik bagaimana bisa kau memanggilku dengan sebutan hyung? Benar-benar gadis menggemaskan,” kekeh Donghae puas. Jari-jarinya mencubit gemas pipi gelumbung berbias merah muda gadis ini. Dan anak kecil tersebut, akhirnya tersenyum manis mendapatkan perlakuan hangat pria yang belum mencapai puluhan menit di sisinya.

“ Tuan, ini pesanan anda,” sergah pemilik toko yang sukses membuat tubuh Donghae kembali berdiri.

“ Nari, sedang apa kau disana chagi?” tanya pemilik toko seraya menghampiri gadis kecil tadi.

“ Namanya Nari? Nama yang indah.” Senyum Donghae merekah lebar saat menatap kembali Nari yang masih melihatnya intens.

Ghamsahamnida,” sambut Donghae meraih bunga lily indah dari tangan creator bunga. Selesai membayar, ia berjalan pergi meninggalkan gadis kecil yang masih terperangah terfokus padanya. Saat Donghae berpaling menatap balik kebelakang, tak ada lagi tubuh kecil itu. Ia mendesah pelan dengan tersenyum, sedikit terhibur atas perlakuan menggemaskan anak 4 tahun.

Hyung ..” Nari menghentikan langkah Donghae dengan menarik tanpa tenaga tepi celananya. Sontak tubuh Donghae merunduk saat menemukan Nari telah ada di sisinya dengan membawa bunga aneh yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Ia mengamati seksama bunga putih beserta pot kecil itu.

CUP! Nari mengecup pelan pipi Donghae. Medapatkan perlakuan mengejutkan dari anak kecil, wajah pria bertubuh kekar ini memerah padam. Kejutan yang manis dan menghibur. Dan gadis kecil ‘pencuri ciuman’ berlari lucu dengan langkah kaki-kaki kecilnya.

“ Hahahhahah..” Suara tawa Donghae menggema hingga ke sudut jalan raya. Ia benar-benar sangat menyukai tingkah gadis itu. Nari, gadis kecil menggemaskan.

Drrrrttt.. drrtttt..!

Masih dengan senyum lebar Donghae meraih ponsel di saku jas nya. Matanya tak lelah memandang Nari yang mengintip melalui sela-sela kaca transparan toko bunga. Jika saja itu boneka, telah sejak tadi ia gotong dan membawanya pulang.

Yeoboseyo. Meeting ? Nde, saya akan kesana.”

@ Meeting Room, Hongdae Hotel.

 

Braaak!

Suara hempasan berkas-berkas terdengar keras. Donghae menhempaskan tumpukan-tumpukan kertas yang selama ini ia teliti. Gaya diktator dengan wajah datar.

“ Bisa kalian jelaskan? Ini hasil grafik tiap tahunnya. Dan setiap tahun penurunan jumlah tamu terlihat drastis!”

“ Itu karna kita memiliki pesaing yang lebih memiliki fasilitas lengkap direktur.”

“ Pesaing? Jadi maksudmu kita kalah telak dari pesaing?!” suara lantang Donghae mengatup rapat bibir para karyawan.

“ Jika seperti itu, apa hotel kita tak bisa melengkapi semua fasilitas menyaingi mereka? Sejak datang di tempat ini, sudah terlihat jelas jika semua fasilitas hancur!”

Donghae terus menyerang para karyawan dengan kesalahan-kesalahan pada hotel ini. Tapi, amarahnya berhenti saat seorang wanita masuk membawa beberapa minuman untuk para karyawan. Ya, Park Yuri. Wanita itu sempat merasakan jantungnya tertusuk melalui tatapan elang pembunuh dari Donghae. Mereka bertemu pandang. Donghae dengan kilatan marah dan Yuri dengan guratan sendu menerima gelombang emosi pria di altar paling depan.

Yuri tak menggubris mata tajam Donghae dan kembali pada pekerjaan sampingannya mengantar beberapa minuman bagi para karyawan. Entah, gadis itu terkadang dianggap office girl dadakan saat pegawai lain enggan menerima pekerjaan tersebut.

Tapi, mata Donghae memincing tatkala melihat bekas luka berpulu-puluh tahun lalu yang tak pernah bisa di tutupi kekasihnya. Bekas luka sobekan pada telapak tangan Eun hye karna kesalahnnya. Ia baru menyadari bekas itu saat Yuri meletakkan beberapa minuman. Bibir Donghae tersenyum tipis nan sinis.

            ‘ Yoon Eun hye, kau tertangkap basah. Kau tidak akan bisa menghindariku lagi.’

`TBC`

3 thoughts on “Angel Mom [Part 2]

  1. Part satu mau komen tanggung, n lemot. Jadi magnae komen di part2 aja. Sumpah itu scene anak kecilnya suka banget. “Hyung,” wkwkwkkw.
    Nona jangan sampai magnae mamnggilmu seperti tiu.
    *MF kejer Blognya diracauin #ahahahah

  2. Penasaran knapa eun hye sampe ninggalin donghae n ganti nama jd Park yuri…..

Leave a comment