Destiny, Miss Hijab ( Last sequel part 1 )

Image

Tittle    : Destiny, Miss Hijab ( The Last sekuel Miss Hijab ) [part 1] 

Author  : Midnight Fairy

  • Fb     : weny Zumariiya
  • TW    : @wenyZumariiya

Length  : Chaptered

Genre    : Romance, Hurt

Rating   : General

Cast(s)  : 

  • Kim Ryeowook
  • Choi Jae In (OC)

other cast :

Donghae ( donghae disini bukan lee Donghae yaa ^^ dan anggap ia muslim) mianhae bagi yg gak suka

This fanfiction is original story of mine. The cast belongs to themselves. So, don’t bash me. Warning ! typo Ngeksis, Feel bikin muntah.

Ada yg pernah baca FF miss hijab dan sequelnya please stay here, miss hijab? ini FF sequelnya yg kedua Aigoo pasti bosen banget ya karna ini FF gk selesai-selesai ckckkcck~

Ini juga karna byk yg request minta sequel ^^ dan Author janji ini yg terakhir *masang dua jari depan muka*

Dan story kali ini minim menggambarkan sisi agama nya ..

bagi yg belum baca Author kasih link mobile dari part awal ^^ tapi maaf karna itu ff perdana jadi acak-acakan minta amplop !

 

You are my sun (miss hijab)

http://m.facebook.com/notes/weny-zumariiya/you-are-my-sun-miss-hijab-part-1/494496297229756

http://m.facebook.com/notes/weny-zumariiya/you-are-my-sun-miss-hijab-part-2/494664707212915

http://m.facebook.com/notes/weny-zumariiya/you-are-my-sun-miss-hijab-part-3/495051143840938

http://m.facebook.com/notes/weny-zumariiya/you-are-my-sun-miss-hijab-part-4/495376757141710

http://m.facebook.com/notes/weny-zumariiya/you-are-my-sun-miss-hijab-part-5/495380670474652

http://m.facebook.com/notes/weny-zumariiya/you-are-my-sun-miss-hijab-part-6-final/495647340447985

Sequel Miss hijab

http://m.facebook.com/notes/weny-zumariiya/please-stay-here-sequel-miss-hijab/500889336590452

http://m.facebook.com/notes/weny-zumariiya/please-stay-here-sequel-miss-hijab-final/501224559890263

 

HAPPY READING !

” Aku sudah berusaha mencari takdirku

Kau sudah berupaya menemani takdirku

Tapi ketika Tuhan meneteskan tinta-Nya di atas warna kehidupan, tidak ada yang bisa di hindari

Hanya harapan penuh memohon warna itu berubah indah”

_o0o_

Selaksa salju berbias-bias cahaya mentari jatuh bebas menepi. Rerumputan yang biasa hijau kini tertimbun es lembut langit. Setapak demi setapak kaki melangkah kilat menghindari udara menyekat kulit. Andai saja ini hujan pasti hadiah kemegahan Allah melalui langit itu akan berbaris rapi dengan indahnya, melengkung membentuk senyuman terbalik. Penuh warna memikat siapa saja yang melihat. Tapi ini salju. Salju, hujan, mentari, udara itu semua anugerah hadiah Allah dengan cuma-cuma. Tanpa harus meminta, tanpa harus memohon. Subhannallah.

Mata coklat yeoja itu terus memandang syukur es lembut yang perlahan jatuh dari langit. Seulas senyuman penuh makna selalu ia berikan. Tak ada kata-kata keluh mengenai dingin malam ini.

Mianhae Jae in-ah, aku terlambat.” Senyuman mungil itu yang selalu hadir di hidupnya. Teduh, candu.  Menyiratkan kehangatan tanpa harus menyentuh.

Gwenchanayo Wookie kau hanya terlambat 10 menit 50 detik.”

“ Huoooo ! Apa kau begitu merindukanku hingga menghitung setiap detik?” Matanya membulat kaget. Takjub.

Ia hanya terkekeh geli menjawab pertanyaan bodoh namja yang sejak beberapa bulan ini menyita hatinya. Memberi warna terang dan gelap di setiap detik hidupnya.

“ Apa yang kau bawa eoh?” air wajahnya beralih dari senyuman menjadi penasaran. Mata coklat itu menangkap bungkusan kecil yang dibawa Wookie sejak tadi.

Wookie memandang bingung arah mata Jae in. Ia baru menyadari jika kotak biru terbungkus rapi ini terlihat jelas oleh wanitanya. Seketika rasa gugup itu menyergap. Tangannya secara alami menyembunyikan benda tersebut ke belakang punggung.  Hanya seulas senyum polos yang ia berikan untuk menjawab pertayaan wanita yang duduk di hadapannya ini.

Mata Jae in memincing kesal. Kerucut bibirnya tampak muncul. Hal ini yang selalu Ryeowook rindukan pada wajah cantik Jae in. Wajah cantik putih susu yang berubah menjadi kucing kecil menggemaskan. Raut candu yang selalu membayangi langkahnya.

“ Ahhh ne ne. Kenapa kau cepat sekali marah? Itu menggemaskan!” Pria itu mencubit gemas pipi gelembung Jae in seraya memberikan kotak biru bergambar kucing kecil tersenyum lebar.

Jae in membuka antusias hadiah Ryeowook. Ya, ini hadiah resmi pertama sejak mereka memulai hubungan special.  Hubungan yang sangat jarang serta penuh rintangan bagi orang-orang korea kebanyakan. Orang lain mungkin saja beranggapan mereka konyol atau bodoh memiliki hubungan ini. Perbedaan keyakinan di sebuah Negara mayoritas non muslim.

Mata wanita ini memandang kaget saat lembaran bungkus itu berubah menjadi sobekan-sobekan kecil. Jarinya menyentuh takjub setiap centi benda dihadapannya. Hijab berwarna merah muda lembut serta tasbih kecil.

“ Benda itu sangat sulit dicari. Aku mencarinya hingga browsing internet ke negara-negara lain. Apa ya namanya pas pas –”

“ Pasmina dan tasbih.” Jae in menjawab masih tetap memandang kagum hadiah Ryeowook. Hati nya bergetar. Desiran deguban jantungnya terasa jelas.  Jika laki-laki lain memberi hadiah boneka, baju, serta benda-benda keduniaan untuk wanitanya,  tapi Ryeowook berbeda. Ia memberikan apa yang bahkan Jae in sendiri tak pernah terfikir itu bisa menjadi hadiah indah.

Gomawo Wookie-ya.” tersentuh. Perlahan manik-manik kelopak mata Jae in di penuhi cairan bening itu.

“ Heeii chagi, kenapa kau jadi menangis itu hanya hadiah kecil.” Ryeowook mengusap lembut kepala Jae in yang tertutup jilbab putih. Ryeowook memang sangat menyukai ketika jari-jarinya menyentuh lembut kepala Jae in. Hal wajib yang selalu ia lakukan saat ia bertemu wanitanya.

“ Apanya yang kecil, ini sangat besar ! lebih besar dari kepalamu!”

“ Yakkk ! Choi Jae In. Aku ambil lagi. Dasar yeojachingu aneh,” dengus Ryeowook kesal seraya meraih kembali hadiah yang telah ia persiapkan sejak dulu dari tangan jae in.

“Aisssh kenapa diambil lagi ! berikan ayo  berikan,” rengek Jae in manja. Bibirnya mengerucut seolah menampakkan wajah bayi mungil tak bersalah.

Tawa Ryeowook membahana memenuhi isi ruangan tatkala mendapati wanitanya merengek manja. Hal yang tak pernah dilakukan Jae in selama ini. Wajahnya merah padam menahan lebih lama suara cemprengnya terbungkam. Tapi percuma, mulutnya menganga puas. Sampai-sampai tangannya menggapai perut tak tahan. Sedangkan Jae in, hanya menatap kesal Ryeowook yang sibuk dengan aktivitas tawa bodohnya. Teramat malu. Itu yang dirasakan Jae in sekarang. Telapak tangannya mengatup sempurna wajah yang dihiasi jilbab putih itu. Harga diri sebagai wanita sempurna terkoyak karna tawa Ryeowook. Namjachingu nya sendiri.

Semakin lama tawa Ryeowook semakin keras. Merasa terlalu malu, Jae in memutuskan pergi meninggalkan aktivitas konyol Ryeowook.

“ Teruskan saja aku mau pulang, sergah Jae in kesal. Tangannya kembali menggapai si ‘biang keladi’ dari peristiwa memalukan bagi Jae in. Hadiah Ryeowook.

Akhirnya tawa Ryeowook terhenti seketika. Ia meneguk ludahnya sendiri mendapati wanita itu dari sikap manja berubah berang. Kakinya langsung berlonjak mengejar Jae in sebelum keluar pintu cafe. Menghadang tubuh wanita berparas cantik dan berhias jilbab.

“ Heei heeii jangan marah. Mianhae, mianhae aku tidak akan tertawa lagi. Janji,” ucapnya seraya menekuk empat jari sehingga meninggalkan kelingkingnya.

Siapa wanita yang tak akan luluh atas sikap polos laki-laki seperti itu. Siapa wanita yang tak akan terpesona karna sikap lembut laki-laki semacam ini. Hanya hitungan detik senyum Jae in mengembang. Jajaran gigi putihnya menghias penglihatan Ryeowook. Batin Ryeowook bersyukur. Sungguh kebesaran Tuhan menciptakan makhluk seindah wanita didepannya.

“Jae-in, ada satu kejutan lagi,” ucapnya penuh pertimbangan. Bibirnya sedikit kaku mengatakan hal itu. Perasaannya seakan tak rela jika bibir itu berucap.

Mwo ??”

 

            “Aku terpilih menjadi kontestan penyanyi di salah satu agensi.” Sedikit senyuman tersungging di wajah Ryeowook. Senyum kecut tak ada arti.

Jinjjayo ! wahhh hebat ! akhirnya jalan menuju impianmu terbuka,” pekik Jae in gembira. Tangannya mengayunkan pelan lengan Ryeowook.

“Tapi kenapa wajahmu malah tertekuk seperti itu ?” ucap jae in bingung. Tangannya mendopang dagu seraya mengamati tingkah namja di depannya. Namja yang hanya terdiam bukan gembira saat mendapatkan kesempatan emas seperti itu.

“ Karantina,” balas ryeowook pilu. Wajahnya tertunduk lemas mengisyaratkan terlalu berat pilihan yang harus ia gapai.

Aigoo, hanya karna karantina kau seperti ini. Dasar namja paboo!” Jari-jari mungil Jae in menggapai kepala Ryeowook dan mengacak rambut laki-laki itu. Hal yang selalu Jae in lakukan saat tingkah laku menggemaskan Ryeowook kambuh.

“ Bukan itu saja, karantina dilakukan di New York.”

DEG.

Tubuh Jae in tercekat. Suaranya terkunci rapat. Terlihat bibirnya sedikit menganga sehingga memberi ruang bagi udara memasuki rongga kerongkongan.

Hening. Mereka masih terdiam membisu. Tak ada kata-kata terucap. Hanya suara nafas serta deguban jantung berirama menemani kebimbangan dua manusia ini. Manik-manik bola mata saling menatap berusaha menyusuri keinginan kuat di antara mereka. Bisakah Ryeowook berpisah sementara dari jae in, matahari nya ini? Sedangkan di setiap detik tubuhnya tak sanggup menahan rasa rindu. Bisakah Jae in menunggu ? Sementara selama ini, hanya Ryeowook laki-laki yang bisa menjadi tempatnya bersandar.

“ A… aku batalkan saja ne?” ucap Ryeowook terbata. Demi Tuhan ia sangat menginginkan kesempatan itu. Tapi, demi apapun ia juga tak sanggup dan tak ingin jauh dari wanita didepannya ini.

Jae in menarik nafas pelan dan menghembuskannya sedikit berat. Otaknya berfikir keras. Ia sangat mengetahui keinginan Ryeowook menjadi penyanyi professional. Ia juga tau Ryeowook berat meninggalkannya meski hanya untuk 3 bulan. Jiwa mereka kembali teruji sekarang.

Anniyo, itu mimpimu. Gapai dan raih. Aku tidak suka jika hanya karna aku jalanmu terhambat. Wookie-ya jebal,” sergah Jae in berusaha meyakinkan Ryeowook. Meskipun perasaannya sakit, akan lebih sakit lagi saat melihat orang yang dicintainya berhenti bermimpi.

“ Tapi-” Ucapan Ryeowook terhenti tatkala melihat gelengan kepala Jae in.Wanita itu tak ingin Ryeowook mengatakan hal yang telah ia ketahui. Percuma. Tekad Jae in telah bulat. Bukankah hanya tiga bulan, bukan untuk selamanya? Ya, semua itu hanya Allah Maha Mengetahui.

Arraseo aku akan berusaha demi kau. Akan ku bawa kemenangan itu untukmu. ”

 

Ya tetaplah seperti itu

Aku tidak akan menunggumu dengan hitungan waktu

Melainkan hingga hitungan nafas yang berhembus

SKIP **

# 3 month later

 

Dentingan jarum layaknya nyanyian tengah malam. Mendebarkan. Menghanyutkan. Setiap waktu wanita ini terus memandang langit. Batinnya tak lelah berdoa pada Allah. Tuhan semesta alam. Jemarinya menggenggam nyaman benda kecil berbutir-butir halus hadiah dari seseorang. Perlahan butiran itu saling bergantian menyentuh pori-pori jarinya. Terdengar sayup-sayup nyanyian indah pujian zikir-zikir dari bibir mungil wanita itu. Sangat menenangkan.

Hari ini tepat final performance laki-laki yang sangat ia rindukan. Kim Ryeowook. Ia tampak berkarisma setiap kali tampil berdiri tegap di panggung. Memandang kagum setiap mata yang menikmati suara indahnya. Sorak-sorai tepuk tangan yang menjadi candu bagi seorang penyanyi. Sedangkan Jae in, tak henti-hentinya tersenyum bangga melihat laki-laki itu melalui layar kaca. Manik-manik matanya berbinar cerah dan sesekali berkaca-kaca. Meskipun Ryeowook tak pernah melihatnya, tak pernah mendengar, dan tak pernah bisa berbicara langsung, ia yakin jika dalam hati Ryeowook tak berhenti menyebutkan namanya.

Jemari-jemari Ryeowook menjamah lincah di atas tuts-tuts piano berwarna hitam putih itu. Bibirnya bergerak berirama sehingga mengeluarkan suara indah nan merdu. Mempesona siapa saja yan mendengar. Nyanyiannya adalah suara hatinya. Itu lah yang Ryeowook fikirkan.

Heart beat fast

Colors and promises

How to be brave

How can I love when I’m afraid to fall

But watching you stand alone

All of my doubt suddenly goes away somehow

 

One step closer

 

I have died everyday waiting for you

Darling don’t be afraid

I have love you for a thousand years

I love you for a thousand more

……..

“ Beri tepuk tangan untuk Kim Ryeowook !” pekik host kontes memberi semangat penonton.

“ Kim Ryeowook, aku lihat kau sangat menghayati lagu ini. Apa ini untuk seseorang?”

Ryeowook hanya tersenyum simpul membalas pertanyaan host. Tampak wajahnya merah padam menahan malu. Tanpa di jawab, orang lain pasti telah mengira jawaban Ryeowook. Setiap kali membayangkan wanita berhijab yang menunggu dan menantinya disana, ia selalu tersenyum menutupi rasa rindu yang teramat dalam.

“ Ahh ! Kalau begitu sebagai juara, apa yang ingin kau katakan padanya?”

Tubuh Ryeowook tercekat. Tak pernah terbayangkan olehnya jika pertanyaan itu akan terlontar. Hening. Bibirnya masih membeku sempurna. Sesekali ia menghirup oksigen segar mengatur gejolak rindu yang telah meluap. Hembusan nafas beratnya terdengar merdu. Perlahan microphone mendekati bibir mungil pria itu.

“ Miss hijab apa kau masih menungguku? Tolong jangan lelah. Aku akan kembali dengan kebanggan tertinggi untukmu,” ucap Ryeowook lirih. Wajahnya tertunduk menahan air bening keluar dari kelopak mata. Rindu ini seperti pisau yang perlahan tertancap dalam. Manusia mana yang akan tahan tanpa melihat wajah dan mendengar suara orang yang di cintai. Tiga bulan tanpa komunikasi seakan tiga minggu tanpa air. Teramat dahaga.

Wajahnya kembali tegap memandang pekikan kagum para penonton. Senyum mengembang tulus. Sedangkan wanita yang Ryeowook bicarakan hanya bisa terdiam. Ia membungkam bibirnya dengan kepalan tangan. Terharu. Cairan bening bola matanya benar-benar sukses mengalir. Haru, rindu, bahagia bercampur indah dalam hatinya.

__o0o__

Malam ini, hari dimana penantian Jae in dan Ryeowook berakhir. Hati dua insan itu menggebu-gebu. Kadar kerinduan hampir mencapai batasnya. Perjalanan waktu dari New York ke menuju Korea yang memakan waktu beberapa jam terasa menjadi beberapa hari. Berjalan lamban. Sesekali mata Ryeowook menatap jam di pergelangan tangannya kemudian berganti menatap langit hitam yang dipenuhi bintang. Bagaimana keadaan Je In? Apa dia tidur nyenyak? Apa berat badannya naik? Apa ada laki-laki lain yang berani mendekatinya? Otaknya benar-benar ingin pecah membayangkan hal-hal konyol itu.

Sedangkan Jae in, masih sibuk berdiri menatap kaca setinggi satu meter di depannya. Membenahi lekukan-lekukan hijab pasmina hadiah Ryeowook. Ia sengaja memakai hijab ini khusus di tunjukkan pada Ryeowook. Deguban jantungnya berdebar kencang. Sesekali wajahnya terlihat murung dan ragu. Khawatir jika perubahan cara pakaiannya membuat Ryeowook kecewa. Apalagi Ryeowook yang sekarang bukan sekedar laki-laki biasa, bukan lagi  seorang penguntit tampan tapi berubah menjadi idola baru. Tidak. Ryeowook tetaplah prianya, pria yang akan selalu memberikan senyum teduh layaknya matahari. Jae in menghembuskan nafas berat, mengikis sisa-sisa kekawatiran.

“Bismillah”

 

—-

Aigoo ! kenapa juga bisa macet ke Incheon,” runtuk jae in geram. Kaki nya menghentak gemas menunggu taksi yang ditumpanginya kembali melaju. Beberapa kali matanya menatap jam di pergelangan tangan tak sabaran. Bagaimana tidak. Hari ini sangat penting bagi wanita ini. Ia harus menjemput langsung Ryeowook.

Ahjussi, aku turun disini saja,” ucap Jae in tak sabaran. Selesai ia membayar, tangannya menggapai kilat handle pintu taksi. Sedikit berburu waktu.

“ Ahhh ! jalan pintas.” Idepun muncul. Tapi tubuhnya tiba-tiba berhenti. Sedikit keraguan dalam hati. Sial, jalan ini sedikit sepi, penerangan pun hanya sayup-sayup. Ia menggigit kukunya seraya berfikir. Jarum jam di tangannya semakin bergerak cepat dan akhirnya ia putuskan memilih jalan pintas. Memotong jalan ke arah bandara Incheon. Berharap bisa tepat waktu bertemu Ryeowook.

SREEPP!

Seseorang menarik paksa pergelangan tanangannya, Seketika tubuh Jae in terpental ke arah orang itu. Kaget. Jantungnya seakan di remas. Perlahan matanya mengerjap memperjelas manusia kurang ajar itu. Wajah wanita itu seketika memucat pasi. Ketakutan semakin menggerayagi jiwanya. Siapa orang ini. Apa yang dia inginkan.

“ Siapa kau ?!” pekik Jae in ketakutan seraya berusaha melepaskan cengkraman laki-laki didepannya.

Laki-laki dengan tampang dingin dan tatapan mata menakutkan. Ia menyeringai sinis melihat wanita di depannya memucat. Entah apa yang di difikiran orang itu. Sedikit tercium aroma keras alkohol dari nafasnya. Dan wajah tirusnya menampakkan seseorang pemakai obat terlarang. Eratan jarinya semakin keras meremas pergelangan tangan Jae in. Sakit. Wajah Jae in menyernyit kesakitan mendapatkan perlakuan kasar namja gila ini.

“ Arggghhhhh ! lepaskan aku. Tolong !!!” teriak Jae in. Ketakutan semakin menjadi tatkala namja gila itu mendorongnya ke dinding.

BUG!  Tubuh Jae in terhempas kasar mengenai dinding di punggungnya. Perih. Di punggungnya terasa perih sekarang.

“ Diam atau ku robek bibirmu cantik,” ucap namja itu dingin. Telapak tangannya membungkam bibir Jae in yang ketakutan setengah mati.

Dalam hati Jae in tak henti-hentinya berdoa meminta lindungan Allah. Air matanya kini menetes deras membasahi hijab indah yang ia pakai. Hijab istimewa pemberian Ryeowook. Dia harus pergi, dia harus menemui Ryeowook.

“ Kau sangat cantik agasshi. Ayo kita main-main.”

DEG. Tubuh Jae in bergetar ketakutan. Wajahnya semakin pucat. Apa yang harus dilakukannya? Ia ingin berlari kencang dari sini. Pergi menjauh dari laki-laki gila ini. Demi Tuhan wanita ini dipenuhi emosi bermacam-macam.

“ Lepaskan aku, aku mohon,” lirih Jae in. Ia terisak meminta namja itu melepaskan.

“ Ha ha ha ha ! wanita yang manis.” Tawa mengerikan namja itu memenuhi jalanan sepi. Sial ! tidak ada satupun orang disini. Hanya ada terbangan kertas-kertas lusuh.

BUG!

Jae in memukul keras perut namja itu sehingga membuatnya terjungkal. Sekuat tenaga mengerahkan kaki untuk berlari menjauh dari manusia brengsek itu. Air matanya tak henti-hentinya  terus mengalir deras. Tidak ada kata-kata selain ketakutan yang teramat hebat. Tapi percuma, sekuat apapun wanita ini berlari masih bisa terkejar oleh laki-laki itu.

“ Sepertinya kau benar-benar ingin bermain,” ucap namja itu mendorong tubuh Jae in ke tanah.

“ Kau mau apa?!” kali ini Jae in terdesak.

Tubuhnya meringsut berjalan di tanah. Seketika tubuh laki-laki itu telah berada di depan Jae in. Sangat dekat hingga berjarak beberapa centi. Tangannya menggapai jilbab Jae in dan melepaskan paksa. Terlihat rambut panjangnya terurai indah. Jae in mengerang ketakutan. Berusaha memberontak dari orang gila ini.

“ TOLONG !” teriak Jae in frustasi. Berharap penyelamat itu di utus Tuhan. Dalam hati doa-doa terus ia panjatkan lirih.

Tapi teriakannya percuma. Sampai saat ini tak ada satu pun yang datang. Perlahan namja gila itu berusaha meraih kasar baju yang membalut sempurna menutupi setiap inci tubuhnya. Ketakutan jae in semakin menjadi-jadi. Ia memberontak keras saat wajah namja itu mendekati wajahnya berniat melakukan hal tak se nonoh. Berusaha memukul tubuh namja itu. Aliran deras cairan bening itu semakin menjadi. Frustasi, takut. Ia terisak keras saat bibir namja itu telah menggapai lehernya.

BUG!

Seseorang melepas paksa cengkraman namja brengsek itu dari tubuh Jae in. Orang itu memukul beringas wajah namja gila. Pukulan bertubi-tubi tanpa memberi kesempatan membalas. Hingga namja itu terkapar tak berdaya. Darah segar mengucur deras di sela-sela bibir nya. Orang itu bahkan tak berhenti, ingin rasanya langsung membunuh namja brengsek ini. Tapi tidak sekarang, yang terpenting saat ini adalah Jae in. Wanita yang masih shock pada kejadian memilukan ini. Perlahan ia mendekati Jae in yang masih terisak tak berdaya. Tubuhnya berantakan. Ia melepas jaket tebal tubuhnya dan menyelimuti tubuh Jae in  yang bergetar hebat. Demi Tuhan, kejadian ini sangat memilukan bagi jae in.

“ Jae in…” lirih namja itu pelan.

Perlahan mata Jae in menatap perih laki-laki penyelamat didepannya. Pandangannya kabur karna tertutupi air mata. Tapi ia mengenal namja ini. Sangat mengenal.

“ Donghae oppa,” isaknya. Ia masih terisak saat mengetahui laki-laki itu adalah Donghae. Namja tampan yang pernah ia kecewakan dulu.

Sementara Jae in menangis tersedu karna masih shock atas kejadian tadi, ponsel Jae in tak henti-hentinya bergetar. Terlihat layar putih ponsel menampakan nama ‘tuan penguntit’. Lebih dari dua puluh kali panggilan tak terjawab Ryeowook. Dua puluh kali juga pesan Ryeowook masuk.

Jae in aku tiba di seoul, kau dimana ?

Jae in-ah apa kau terjebak macet

Heii miss hijab kenapa tidak menjawab ? angkat telfon mu !

Jae in kau kenapa? Tolong jawab aku ?

Demi Tuhan ada apa denganmu ??!

Tolong jawab aku, aku mohon. Apa kau sakit ?

 

Ryeowook terus menunggu Jae in hingga tengah malam. Tubuhnya menggigil kedinginan. Ia bahkan tak membiarkan Jong woon menjemputnya. Wajah Ryeowook khawatir. Jantungnya berdenyut tak beraturan. Fikirannya mengambang jauh. Dimana Jae in? Apa yang terjadi? Otaknya tak henti-hentinya bertanya. Jiwanya benar-benar tak tenang seakan mendapatkan firasat buruk.

`TBC`

9 thoughts on “Destiny, Miss Hijab ( Last sequel part 1 )

  1. saiyaa haaaaaaaaaaaaaadirrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
    komentator pertama pan. wkwk

  2. Aigo…….. Untung aj Jae In ga jadi di nistakan 🙂

  3. Eonieee…. Buat FF yang cast wookppa lagi duuunk…:) aku bakal update deh…:D

    • Lagi gk ada ide, Sayong :3
      Wkwkwwk
      Lagian aku lagi deadline ff lain jdi buat si baby wook disimpen doloh 😀

      Kalo ada pengalaman pribadi yg melekit, bisa hubungi saya
      Hhhhhahah #Gila

  4. Abis namatin to the last…

    Saya hadir lagiiii disini…. Baca nie FF… Tetep aja muteeeer bacanya smp nungguin END nya…
    Kagak bosen2.:D

    Gimana eon sudah dalam garapan kan miss hijabnya???
    #ngarep -_-

  5. Untung ada Haeppa.. huft

Leave a comment