Angel Mom [ Part 1 ]

Image

 Tittle    :  Angel Mom [ Part 1 ]

Author  : Midnight Fairy

  • Fb     : weny Zumariiya
  • TW    : @wenyZumariiya

Length  : Chaptered

Genre    : Romance, Family

Rating   : General

Cast(s)  :

  • Lee Donghae
  • Yoon Eun Hye a.k.a Park Yuri
  • Kim Yubin As Park Nari
  • Nam Gyu Ri

This fanfiction is original story of mine. The cast belongs to themselves. So, don’t bash me. Warning ! typo Ngeksis, Feel bikin muntah.

HAPPY READING !

– “Jangan berfikir dengan pergi sejauh mungkin dan mengindar secepat mungkin, semua kenangan akan terhapus mudah

Kau tau, garis tanganmu telah terukir jelas  untuk hidup mendampingiku, membesarkan bayi-bayi mungil lewat belaian hangat tangan itu.

 

****

Cahaya-cahaya kecil langit pekat berkedip manja menggoda penghuni bumi seakan menarik mereka untuk  mendekat. Menggapai, meraih benda angkasa itu sebagai pemuas bola mata. Tapi siapa yang bisa? Itu bukan benda kecil yang dengan sekali sambar dapat di genggam. Hanya bisa memandang, menikmati dari jarak berjuta-juta mil dari tempat berpijak.

Di sudut ruangan tanpa cahaya lampu, terlihat sosok pria duduk menjatuhkan  tubuh  lelahnya, bersandar pada kursi empuk sebuah perkantoran besar. Lee Donghae. Direktur umum perusahaan terkenal di Seoul, Hongdae Corporation. Tampilan yang tak bisa di tebak. Tampan serta mempunyai senyum dan tatapan yang mematikan, tapi tegas tak terbantahkan. Tak sedikit gadis yang tergila-gila hanya dengan sekali hentakan mata. Bukan Lee Donghae namanya jika begitu saja menggubris para gadis yang terpesona dengan fisik raganya. Hatinya hanya satu, dan itu hanya untuk wanita yang terlampau indah yang menguasai semua panca inderanya.

Donghae masih tak bergeming dari tatapan terfokus pada cahaya-cahaya berwarna-warni kota Seoul dari lantai 30 gedung Hongdae Corporation. Tubuh kokoh pria itu membelakangi meja kerjanya, membiarkan arsip-arsip berserakan seolah tak berguna. Sesekali desahan berat keluar dari sela-sala bibir seakan mengeluarkan segunung masalah tentang perusahaan yang mencekik batang lehernya. Sebegitu lelahkah ia hingga untuk menapak pulangpun enggan?

Pria itu merenggangkan dasi biru lembut yang terpampang rapi di leher, merubah benda itu menjadi tak beraturan di tubuhnya. Jas hitam yang ia kenakan sejak menginjakkan kaki di kantor ini telah beralih fungsi sebagai selimut kursi kesayangannya. Sedikit menggulung pangkal kemeja, sehingga menampilkan kesan tak formal.  Donghae memutar kursinya sedikit ke arah meja dan meraih gelas kristal berisi anggur putih yang berusia puluhan tahun. Anggur yang hanya bisa diresap oleh lidah manusia kelas atas. Donghae menggoyang pelan gelas kristal itu, memutar perlahan minumannya. Sedetik kemudian, anggur dengan kualitas ternama menyentuh lembut bibir merah mudanya, memberi rasa manis dan harum melewati kerongkongan pria itu.

“ Cahaya-cahaya kecil, bisakah kau tunjukkan aku dimana dia? Tidak, beritahu aku seperti apa wajahnya sekarang. Aku tau dia sangat menyukai kalian, karna itu aku juga menyukai kalian. Berterima kasihlah padanya.” Pria itu tersenyum manis seraya tetap memandang kagum lautan cahaya kota Seoul. Kembali meresap perlahan minuman di genggamannya dengan tersenyum getir. Getir? Benar. Rasa sakit akan di campakkan seseorang masih tertancap jelas di ulu hatinya.

               _____

            “ Kau harus pergi Hae-ya,” ucap gadis itu lembut seraya tersenyum hangat menghadap hamparan lilin-lilin kota di atas bukit.

“ Tapi –” Ucapan Donghae terhenti saat menangkap wajah berbinar gadis itu memandang kagum lukisan bumi.

“Aku benar-benar tak ingin meninggalkanmu,” lirih Donghae tetap berkeras menolak semua permintaan gadis di sebelahnya.

“ Aku bahkan iri padamu. Beasiswa sebesar itu dan dari perusahaan ternama seperti itu hanya bisa di terima oleh satu berbanding seratus di Seoul. Kau benar-benar mengecewakan aku jika menolak.” Perkataan lembut tapi sukses membuat Donghae tercekam. Mengecewakan? Tidak, ia tak bisa membuat gadisnya kecewa. Pria itu menghembuskan nafas keraguannya beralih berfikir mantap.

Arraseo, demi kau. Tapi tolong tetaplah berdiri di sampingku sampai kapanpun. Aku akan kembali dengan kebanggaan terbesar dan membawamu pergi dari semua omong kosong derita ini.”

Gadis di depannya hanya bisa mengangguk terharu mendengar kata-kata manis Donghae. Manik-manik matanya tak mampu menahan cairan bening itu lebih lama. Rasa haru akan segala sikap dan perkataan manis Donghae benar-benar meluluhkan hatinya. Keberuntungan, hanya kata itu yang bisa terlontar. Melihat air mata gadis itu, Donghae dengan sigap meraih tubuhnya dan mendekap erat tanpa jarak, membiarkan bahunya basah karna tetesan air mata.

“ Berjanjilah tak akan meninggalkanku. Jangan pernah pergi.”

“ Kau yang harus berjanji Hae-ya,” sergah gadis itu sedikit memukul pelan dada bidang Donghae. Sedangkan Donghae hanya bisa berdesis pelan dan tersenyum manis menikmati aroma wangi rambut dan tubuh gadis di pelukannya.

Saranghae.

Nado.”

            _____

            “ Oppa, apakah sangat melelahkan sampai kau tertidur disini?” bisik gadis cantik dengan suara lembut seraya mengusap pelan pipi Donghae yang terlelap dengan tenang tanpa risih sedikitpun. Ia mencondongkan wajah mendekati wajah  Donghae saat tertidur di atas meja kerjanya. Menyingkirkan anak rambut pengganggu pemandangan wajah sempurna lukisan Tuhan itu.

Hangat!

Mendapatkan perlakuan lembut seperti itu Donghae tersadar dari mimpi indahnya. Matanya mengerjap pelan mencoba mengumpulkan kembali kesadaran yang hilang. Samar-samar ia melihat gadis cantik tersenyum sumringah, telah ada di depan dengan jarak hanya terhitung centi meter.

‘ Dan lagi-lagi mimpi itu terus menghantuiku.’

Oppa,” ucap Gyu Ri senang saat melihat pria di depannya telah membuka mata.

“ Ah ne chagi,” balas Donghae lembut seraya menegakkan kepala dan sedikit memijat pangkal lehernya yang kaku karna semalaman tertidur tanpa beralaskan bantal.

“ Iss Oppa, sudah berapa kali aku katakan untuk pulang dan tidur! Lihat, tubuh Oppa sakit eoh ?!” pekik Gyu ri frustasi. Gadis itu terus saja mengumpat saat mendapati kekasihnya tak pernah pulang melainkan tertidur di ruangan kerjanya. Entah, ia tak mengerti kenapa Donghae seperti itu. Terlalu banyak pekerjaan atau terlalu sayang dengan ruangan ini.

Donghae hanya tersenyum simpul mendapati gadis di depannya berteriak marah tetapi sangat menggemaskan. Ya, dia Nam Gyu Ri gadis manis yang terikat kata kekasih sejak 6 bulan lalu. Apa ia mencintainya ? Entahlah! Pria itu hanya nyaman saat berada di sisi Gyu ri, anak CEO Hongdae Grub. Gadis yang dari dulu memang menyukainya sejak ia bekerja mulai dari kelas bawah hingga sekarang berubah menjadi sosok direktur muda yang amat di segani.

“ Dari mana kau tau aku disini eoh?”

“ Dari mana? Apa sekarang jaman batu hingga tak ada ponsel atau alat komunikasi lain? Aku tinggal menghubungi ahjumma,” ujar Gyu ri bangga. Gadis pintar dan amat perhatian.

Aigoo! Aku lupa kalau kau sekarang sudah berubah menjadi mata-mata eoh?”

“ Yak Oppa!” Pekik Gyu ri kesal setengah mati mendengar gurauan kekasihnya. Bibir Gyu mengerucut sempurna menandakan jika gadis itu ingin mendengar rayuan-rayuan mematikan Donghae. Sedangkan Donghae menutupi telinganya dari suara lengkingan Gyu ri yang bisa memekakkan pendengaran.

“ Hahahah, sudahlah Oppa pulang dulu ne? Bisa-bisa karyawan lain menilai Oppa seorang pimpinan yang kotor dan tak pernah mandi.” Donghae berjalan mendahului Gyu ri yang masih bertampang kesal. Mendapati itu, Gyu seketika mengekor di belakang kekasihnya.

Oppa tadi Appa bilang ia ingin bertemu denganmu,” sergah Gyu ri mencoba menghentikan langkah Donghae. Melihat kekasihnya berhenti, gadis itu kembali mendekati Donghae dan bergelayut manja, melingkarkan lengannya pada lengan Donghae.

“ Huum, baiklah,” ucap Donghae berusaha menerawang pembahasan apa yang ingin di bicarakan Tuan Nam.

“ Ah chagi, bisa kau lepaskan? Kita dilihat karyawan lain.”

“ Aniya! Mereka harus lihat kalau Oppa sudah menjadi milikku. Setiap hari aku pusing mendengar ocehan wanita-wanita di perusahaan ini membicarakan oppa. Apa direktur Lee sudah punya kekasih? Dia benar-benar tampan! Aku mau di jadikan kekasih gelap jika dia mau! Ciih! Perkataan macam apa itu ?”

Jinjja? Wah aku tak menyangka jika wajahku ini sangat karismatik,” tanggap Donghae bangga. Ia tersenyum manis menggoda gadis di sebelahnya. Bukan hanya gadis di sebelahnya, semua karyawan akan terpesona mendapati senyum berbinar seorang Lee Donghae. Sedangkan Gyu ri, hanya bisa berdesis tak percaya mendapati Donghae juga mempunyai kepercayaan diri yang tinggi di kalangan wanita.

SKIP`

 

Tok.. Tok.. !

Suara ketukan pintu menghentikan aktivitas membaca seorang pria tua yang duduk tenang mengahadap meja kerjanya. Nam Guk gi, CEO perusahaan ternama Hongdae Corporation. Pria ramah yang amat menyayangi putri satu-satunya. Saat Gyu ri berkata ia menyukai Lee Donghae, salah satu karyawan terbaik di perusahaan, pria itu sangat mendukung Gyu ri. Sampai-sampai ia yang turun tangan mendekatkan mereka berdua. Siapa yang tak ingin mendapatkan menantu tampan dan memiliki kredibilitas tinggi.

“ Silakan duduk Lee Donghae.” Suara berat terkesan menakutkan. Ia mempersilakan Donghae duduk seraya mendekat pada calon menantu yang amat di banggakan.

Ghamsahamnida Sajang-nim.” Donghae sedikit membungkukkan badan menghadap tuan Nam yang menatapnya ramah.

“ Kau pasti bingung kenapa aku memanggilmu? Bukankah sangat jarang kita bisa bertatap muka berdua saja?” ucap Tuan Nam dengan sedikit tawa renyah. Ia meresap kopi hangat, merelaxsasi tubuh dari semua aktivitas melelahkan.

Nde Sajang-nim, sepertinya kita harus menghabiskan waktu berdua lebih sering,” balas Donghae sedikit gurauan hangat. Ia terus tersenyum simpul mendapati CEO di depannya dengan nikmat menenggak kopi kesukaannya, seolah itulah minuman terlezat di dunia.

“ Hahaha. Kau benar-benar pintar berbicara Lee Donghae!” Tuan Nam terhibur senang mendapati perkataan manis Donghae. Ia meletakkan pelan cangkir putih itu kembali ke meja dan menatap mantap ke arah pria dengan tampilan bak model majalah di depannya.

“ Begini, aku sangat percaya padamu tentang perusahaan kita. Bisakah kau membantuku mengatasi masalah di Paju? Yang aku dengar Hotel kita di sana sedikit terjadi masalah.”

“ Paju?” Wajah Donghae mendatar seketika. Terlihat sekelebat kenangan-kenangan indah bersama seseorang di tempat itu. Ada sedikit perasaan ngilu mengingat semua bayangan kebersamaan mereka.

Nde, apa kau keberatan?”

“ Ah aniya Sajang-nim. Aku akan sangat terhormat bisa menjadi orang kepercayaan anda,” tampik Donghae berusaha tersenyum tulus. Tapi, perasaan sakit teramat dalam mengganggu batinnya. Biskah ia kembali ke tempat itu? Tempat dimana terukir hatinya untuk seseorang? Tempat dimana pertama kali ia menyatakan perasaan secara lantang di depan wisatawan lain?

              ****

@ Hotel Hongdae. Paju, Korea Selatan

 

            Seorang pria berkaca mata dengan jas hitam tanpa mengaitkan kancingnya, berjalan santai tetapi berkelas memasuki pelataran hotel. Meneliti tiap sudut ruangan, mencari kesalahan-kesalah kecil di tempat ini.

“ Apa kau sudah dengar, direktur muda dari pusat telah dipindahkan sementara di hotel kita, aku jamin dia tidak lebih jelek dari Tuan Ahn, si kepala botak itu,” ucap salah satu pegawai antusias. Tanpa mereka sadari, topik utama yang mereka perbincangkan telah ada di belakang mereka dengan ulasan senyum.

“ Hemm.” Suara berdehem seseorang menghentikan aktivitas mereka. Dengan malas, para pegawai itu mengalihkan pandangan. DEG! Semua organ vital mereka seakan berhenti bekerja. Apa dia malaikat ?! Bibir mereka mengaga lebar mendapati sosok sempurna pria di depan mata kepalanya sendiri.

“ Direktur selamat datang,” komentar kepala koordinator Hotel kepada Donghae. Mendengar itu, para pegawai bertambah terbelalak saat kata ‘Direktur’ terucap bebas dari bibir atasannya. 5 detik otak mereka berhenti mencerna. Kerongkongan para gadis itu serasa serak hingga menenggak ludahpun dengan susah payah.

“ Apa yang kalian lakukan?!” Tanya atasan mereka seraya menyikut salah satu pegawai.

“ Selamat datang direktur,” ucap mereka serempak dengan sedikit membungkuk hormat pada Donghae. Berusaha merapikan barisan untuk memberi kesan baik.

Ghamsahamnida.” Hanya sedikit ucapan tetapi terdengar merdu di telinga para pegawai itu. Donghae melangkah pergi menjauhi mereka dengan tetap tersenyum ramah.

“ Ya Tuhan! Mimpi apa aku semalam? Dia malaikat! Aku yakin itu,” pekik salah satu pegawai lagi dengan girang. Ia terus saja memukul wajah berusaha menyadarkan pesona Donghae.

Langkah Donghae berhenti. Ia kembali pada para pegawai tadi. Memberi sedikit peringatan atau kuliah gratis kepada para pegawai hotel yang hanya berdiri tanpa melakukan apa-apa.

“ Apa pekerjaan kalian sudah selesai? Aku dengar di hotel ini sedikit tidak teratur. Aku berharap tidak ada lagi pegawai yang hanya berdiri tanpa memperdulikan kenyamanan tamu.” Perkataan halus tapi sukses membuat para pegawai terdiam tertunduk malu.

“ Silakan kembali ke pekerjaan masing-masing. Tuan Ahn bisa kau bawakan aku berkas-berkas tentang hotel?” pinta Donghae tanpa mendengar jawaban orang lain. Tapi hentakan kakinya kembali berhenti. Ia mendekati salah satu pegawai wanita.

“  Scraf yang indah, tetapi akan lebih indah jika di pasang teratur. Penampilan salah satu hal penting,” ujar Donghae seraya membenahi salah satu scraf pegawai yang berantakan. Sedangkan pegawai itu hanya bisa mengerjapkan mata nya berusaha berfikir ini mimpi atau nyata.

____

            “ Park Yuri, bisa kau antarkan kopi untuk direktur? Cappucino hangat dengan sedikit caramel.”

Nde, tuan Ahn.”

Park Yuri, salah satu pegawai biasa di Hotel Hongdae itu membawa dengan cekatan cappucino hangat untuk direktur baru di perusahaannya. Ia bahkan tak tau apa-apa tentang sosok itu. Hanya mendengar selentingan jika orang itu sangat tegas, berwibawa dan masih muda. Sosok karismatik pasti, batin Yuri.

Tok… tok..

Jari wanita itu menghentak pelan pintu yang menghalanginya melihat lebih jauh tentang sosok yang belum satu jam menginjakkan kaki di tempat ini, tetapi bisa membuat seluruh pegawai heboh.

“ Cappucino hangat dengan caramel direktur,” ujar Yuri pelan seraya berdiri tegap di depan Donghae yang masih tertunduk membaca berkas-berkas di tangannya.

Ah nde, Ghamsahamnida,” tanggap Donghae tanpa mengalihkan pandangannya.

DEG! Yuri membatu terperanjat mendengar suara itu. Jari-jarinya bergetar sehingga membuat gelas di genggamannya mengeluarkan suara mengeratak. Bukan! Pasti bukan dia! Dengan perasaan bercampur aduk Yuri berusaha sekuat tenaga meletakan gelas hitam pekat itu ke meja Donghae.

“ Apa kau tidak apa-apa?” Donghae mendongak pelan ke arah Yuri dan menatapnya intens. Melihat pemandangan yang tak asing, tubuh Donghae sontak berlonjak dari tempat duduknya. Jantungnya berpompa cepat begitu juga Yuri. Nafas Donghae memburu hebat saat orang yang selama ini selalu di mimpinya telah ada di depan mata dengan jarak tak kurang dua meter, amat dekat.

“ Eun hye,” lirih Donghae tanpa bisa mengucapkan hal lain. Benar, hanya nama dan wajah itu. Rasa sakit, perih, dan kerinduan menerjang hebat di hatinya. Wajah pria itu mendatar tanpa ekspresi membiarkan perasaaan berkecamuk saat melihat kembali wajah yang tak pernah bisa ia lupakan.

 

`TBC …

8 thoughts on “Angel Mom [ Part 1 ]

  1. Cieee punya WP cieee xD

  2. annyeoooooooooong ^^ kekeke I Like it 🙂

  3. Min kog ga dlnjtin
    nuguin part slnjtna neh

  4. Kok namax beda, td dipnggil Yuri kok jd eun hye…

Leave a comment