HEAR ME!

Image

 

–          Aku fikir ini harapan..

Ternyata hanya omong kosong! –

Dengan sederhana, kau datang menapak, mendekat ke arahku. Kesederhanaan manis yang sukses mematikan egoisme keramat itu. Ragu. Kata pertama saat semua mengalir sejalan waktu. Tapi, sang ragu berbuah senyuman manakala kicauanmu mampu mengelitik pertahanan bimbangku. Bukankah kau luar biasa? Dentingan, decitan dan auman para penghuni bumipun seakan indah kala itu. Entah! Perasaan ini bak daun tua yang girang terbebas dari eratan tangkai karna desahan angin. Menari riuh di udara. Kesenangan kecil tetapi keindahan besar bagiku.

Tanpa kau tau, kau pria pertama yang merasakan pelukan itu meski tanpa sengaja..

Tanpa kau tau, kau pria pertama yang berhasil membuat sosok gadis acuh bersemu merah hanya karna pandangan ‘terorismu.’

Andai kau tau, aku tersenyum amat manis ketika dengan sembunyi sudut mata ini menarik untuk berpaling pada tingkah diammu.

Kau tau, punggung dan aromamu membuatku gila! Berkali lipat menekan pesona punggung itu untuk kuraih. Mendepak perasaan gila untuk angkat kaki; menjauhi fikiran tak logis. Aroma tubuh itu. Harum yang sama sekali tak memikat, tetapi membelenggu indera pencium. Manis. Terhirup manis. Paru-paruku seakan bersuka-cita menderupnya. Dan saat itu aku menyerah! Membiarkan wangimu menguasai indera pencium hingga lepas waktu kita bersenda.

Kali ini kemunafikan hatiku babat bingkas karna kesederhanaan dan apa adanya dirimu. Tak mengenal topeng untuk menutupi keburukan. Bukan, itu bukan keburukan tetapi pesona diam-diammu. Dan tak kusadari, aku larut dalam pesona itu. Aku salah? Entah, aku yang salah mengartikan atau kau yang salah terlalu memberi arti.

Tapi, itu dulu!

Itu kemarin!

Sekarang, aku sakit. Aku lumpuh! Hanya bisa tersenyum kecut mengenang hal manis dalam waktu singkat. Kebodohanku terulang saat mempercayai asa melompong melalui perkataan manismu. Kebodohan kembali terulang ketika dengan cepat kau membuatku melambung kemudian menjatuhkannya ke titik tersakit.

Seperti angin, kau datang menghembus pori-pori tubuhku dan memberinya kesejukan ilusi. Pada akhirnya, kau pergi bak kilat. Kecepatan cahaya tanpa memberiku aba-aba untuk melepas. Meninggalkan keterkejutan yang memekikkan telinga. Membuatku menggenggam kucuran darahku sendiri.

 

Kau!

Kau meretakan sekat tebal pertahannan hati ini.

Dan kau!

Kau pergi melenggang dengan angkuh tanpa menutupnya kembali.

Aku lemah tertembus cahaya kesederhanaanmu.

 

Aku bukan wanita seperti mereka. Bukan gadis yang dengan lantang memberikan kasih. Bukan gadis yang bermulut manis hingga memuntahkan segenap racauan gila tentang cinta. Aku hanya gadis sederhana, dengan caranya sendiri memperhatikanmu. Ya, dengan caraku sendiri menyadari perasaan tulus itu.

Tapi aku bisa apa?

Bahkan ketika anugrerah Tuhan itu datang dengan perlahan, aku tak menyadarinya. Sampai kau pergi, rasa kehilangan ini menggerogoti nalarku.

Demi Tuhan, aku merindukan kemarin..

Merindukan rayuan konyolmu, meski itu sama sekali tak membuatku tersipu dan nyatanya, membuat tawa renyah diantara kita.

Rindu akan getaran ponselku yang tertulis namamu..

Batinku memekik jika aku merindukanmu ..

Merindukanmu dalam diam dan senyap tengah malam.

Tapi, aku bisa apa?!

Haruskah berteriak?

Haruskah memukul pundak candu itu agar kau berpaling lagi padaku?!

Dengarkan aku..

Dengarkan ini..

Dalam titik akhir harapanku, masih ada asa yang ingin kugenggam tentangmu. Bersamamu. Tapi, ingatlah. Perasaan munafik yang kau lepas dulu, bisa kembali memunafikkan hatiku untuk pergi darimu. Karna dengan caraku, aku bisa kembali tersenyum. Dengan caraku, aku bisa kembali menjadi sosok kuat tanpamu. Dan nyatanya, aku bukan gadis LEMAH! aku masih bisa mendongak tangguh . Masih bisa tersenyum menantang luka. Meski tanpamu

– Midnight Fairy

Leave a comment